Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Inspirasi Kaula Muda dan Milenial

1 April 2018   14:02 Diperbarui: 1 April 2018   14:06 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jokowi itu sosok ndeso yang digandrungi banyak orang bukan karena gantengnya lho, tetapi karena ndesonya. Jika di bandingkan dengan Probowo dan Yusril Iza Mahendra, Fadli Zoon, Fahri Hamzah, serta tokoh-tokoh politis lainnya kalah ganteng.  Tuhan memilih pemimpin Indonesia bukan karena Ndeso lho ya. Dengan wajah ndesonya justru semakin di ungungkan.  Elektabilitasnya Jokowi jauh lebih unggul dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya, seperti ; Probowo, Gatot Nurmantio, Tuang Guru Bajang, Anis Matta, Muhaimin. Siapa lagi hayo yang nantang elektabilitas Jokowi, pasti tersungkur sebelum bertempur. Kecuali, terjadi kecelakaan politik, lain lagi lho ya.

Ketika Jokowi di Buly habis-habisan oleh lawan-lawan politiknya dengan beragama cara dan kata, seperti dikatakan seperti keturunan PKI, keturunan China, benci ulama. Lihat saja, secara Khusus, Eyang Amin Rais pernah bilang ngadepi Jokowi seperti "perang badar'. Padahal, istilah perang badar itu paling dahsat. Tapi, tidak ngefek sama sekali, justru membuat posisi Jokawi semakin nangkring tinggi.  Nah, sekarang Eyang Amin Rais malang bilang ke publik dengan istilah "ngibul", ketika melihat Jokowi bagi-bagi sertifikat tanah kepada warga.  Kemudian ada yang bilang "jangan mau di bohongi pake "ngibul". Aneh aneh saja Eyang Amin Rais ini.

Belum lagi, tokoh-tokoh agama yang berbusana jubbah dan sorban panang, kadang nyinyirnya kepada Jokowo ampun-apun deh. Dengan penuh kebencian, membuat rating Jokowi semakin membumbung tinggi. Jadi, elektabilitas jokowi semakin tinggi itu karena kesabarannya menghadapi buly-buly politik yang tidak pakai data.  Semakin hari semakin tinggi  rating Jokowi jika lawan-lawan politiknya  gagal move on menerima kekalahanya.

Bisa jadi, Fadli Zoon, Fahri Hamzah, Yusril memang mahluk kiriman Tuhan yang dikirima khusus oleh Tuhan yang Maha Kuasa dengan tujuan menyudutkan Jokowi. Dengan demikian, gak usah repot-repot menaikan elektabilitas Jokowi. Bisa juga, karena sakit hati yang sangat mendalam, karena tidak mampu menandingi Jokowi, maka yang ada dalam benaknya adalah "bagaimana mencari kata untuk membuly Jokowi". Dalam demokrasi, siapa-pun boleh berkata sesuai dengan kehendaknya, tetapi dalam dunia tawasuf, malu rasanya berkata kasar dan kotor kepada orang lain, karena kelak akan dimintai pertanggung jawaban.

Teringat sebuah ungkapan dalam hadis Rosulullah SAW "tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu' (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan  meninggikannya." (HR. Muslim). Dalam redaksi lain juga dikatakan "barang siapa takabur (sombong), maka Allah SWT jatuhkan martabatnya". Merasa lebih ganteng, merasa lebih senior, merasa lebih cerdas dan mampu, dan merasa lebih pinter, dan merasa lebih bertaqwa itu adalah nyayian syetan yang nyata. Dalam bahasa agama, sombong itu salah satu penyakit yang paling membayakan yang identic dengan sifatnya "Iblis".

Nah, Jokowi itu secara pribadi paling sering di serang lawan-lawan politiknya, karena memang wajah ndesonya yang kadang kurang meyakinkan sebagai seorang Presiden. Cukup banyak orang yang bergelar doctor hingga professor, bahkan ada juga yang agamawan, paling suka membuly Jokowi dengan "istilah macem-macem", baik secara langsung maupun tidak langsung. Ada juga yang membuly itu busananya serba putih. Orang pasti mengira, kalau baju putih bersih, pasti pikiran bersih. Tunggu dulu, justru kadang yang busanya serba putih kadang keluar dari lisannya "kasar dan kotor". Padahal, itu tidak pantas diucapkan.

Kata kasar, kotor, hoax, itu perbuatan paling ngilani (menjijikkan) sudah terlalu sering di lontarkan kepada Jokowi. Namun, Jokowi hanya menimpali dengan senyuman khasnya, atau dengan mengatakan "rapopo". Kalau Gus Dur bilangnya "gitu aja kok repot". Pak De Jokowi akan terus melangkah, sesuai dengan konstitusi negara Indonesia.

Bagi rakyat seluruh Nusantara, keberhasilan Jokowi menjadi seorang Presiden itu justru lompatan demokrasi yang sangat panjang. Biasanya yang menjadi Presiden, Gubernur, Bupati, serta pejabat-pejabat tinggi lainnya pasti keturunan orang terpandang. Tetapi itu dulu, sekarang jaman now, di mana semua elemen masyarakat, mulai nelayan, petani, buruh, guru, dosen, dokter, santri, mahasiswa memiliki peluang yang sama untuk menjadi seorang Presiden. Dengan catatan, mampu, warga negara Indonesia asli, dan mendapat kepercayaan dari masyarakat Indonesia.

Dulu, ketika orde baru. Tidak satu-pun pejabat kecuali harus mendapatkan restu dari Soeharto. Dulu, sampai kapan-pun anak seorang petani maupun nelayan tidak boleh bermimpi menjadi seorang Presiden, atau menjadi wakilnya. Sekarang, semua bisa, selama mampu. Bukakah ini lompatan demokrasi yang luar biasa. Seorang presiden bisa jatuh dan runtuh karena rakyatnya, seorang rakyat biasa bisa menjadi presiden dengan waktu yang begitu cepat.

Wahai kawula muda. Wujudkan mimpi menjadi penganti Jokowi. Semua pasti bisa meraih cita-citanya. Dalam sebuah catatakan kitab Idotun Nasiin, sang penulis berkata "wahai kaula muda, sesungguhnya ada di tangan kalian nasih umat ini". Jangan pernah mengandalkan kakek kalian yang dulu pernah menjadi Presiden, atau pernah menjadi seorang Kyai. Jangan pernah berkata " dulu, orangtuaku seorang raja" dan  juga jangan sekali-kali  jualan nasab dengan berkata "saya ini keturunan Soekarno, saya cucunya Soeharto, saya orang dekat Prabowo dan sebagainya". Jokowi tidak pernah jualan nasabanya, tetapi Jokowi mampu menciptakan nasab barunya.

Wujudkan mimpi itu dengan kerja keras, berdoa, dan tidak pernah putus asa. Pepatah arab kuno berkata "siapa yang bersungguh-sungguh, pasti akan berhasil". Satu lagi pepatah arab kuno yang mengisnpirasi  kaula milenia "siapa yang ingin mendapatkan kemulyaan, banyaklah bangun malam (tahajud). Sekali lagi, jangan pernah membuly sesama, karena itu bukan sikap ksartia, tetapi sikap pengecut. Dan juga jangan pernah merasa lebih baik dari orang lain, karena itu sifat Iblis. Jangan sekali-kali membunuh karekater sendiri dengan merendahkan orang lain, karena merendahkan orang lain itu berarti sama dengan mengangkat orang tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun