Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makkah Banjir, Gempa Jakarta dan Maksiat

16 Desember 2017   17:42 Diperbarui: 16 Desember 2017   17:55 1710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Secara khusus, Allah SWT menerangkan bahwa kerusakan di darat, laut itu akibat ulah jahat manusia. Bahkan polusi udara yang terjadi itu juga akibat ulah manusia. Allah SWT berfirman yang artinya "telah nampak kerusakan di darat dan di laut akibat perbuatan tangan manusia, supaya Allah SWT memberikan pelajaran kepada mereka  atas sebagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar (QS. Al-Rum (30:41).

Banjir dan longsor yang terjadi dimana-mana, bahkan Jakarta sering menjadi langganan banjir hingga jam Now. Lalau jangan kemudian latah, kemudian mengatakan "ini karena Gubernurnya seorang pembohong, atau gubernurnya seorang yang tidak ber-imana, atau Gubernurnya suka pencitraan".

Langganan banjir yang terjadi di Jakarta, itu karena memang ulah sebagian masyarakat yang tidak taat terhadap aturan, seperti; membuang sampah sembarangan. Juga, jangan lupa, tata kelola kota Jakarta kadang kurang bagus, sehingga saluran airnya tidak mampu menampung debit air yang besar.  Nah di sinilah diperlukan kinerja  Gubernur yang cekatan, cerdas, dan giat bekerja untuk masyarakat.  Siapa-pun Gubernurnya, nasibnya akan terus bergelut dengan banjir dan kemacetan.

Nah, sekarang terjadi Gunung Agung meletus. Jangan kemudian mengatakan "soalanya masyarakat Bali tidak ber-iman, atau banyak maksiat. Makanya, Allah SWT memberikan adzab"  Dulu, ketika terjadi tsunami Aceh. Ada yang berkata "soalanya, orang Aceh banyak maksiat dan tidak beribadah kepada Allah SWT". Ketika terjadi gempa di Jokjakarta. Lagi-lagi alasan yang dikemukakan sama. 

Teringat sebuah kisah menarik seputar Banjir di Kota Makkah di masa Kholifah Umar Ibn Al-Khattab ra. Waktu itu terjadi Banjir yang sangat dashyat. Sehingga makom Ibrahim kenyot (terbawa banjir) hingga ke Misfalah. Kemudian Umar Ibn Al-Khattab ra, bermusyawah dengan para sahabat untuk meletakkan kembali makom Ibarhim pada tempatnya. Kemudian, Umar Ibn Al-Khattab ra memutuskan meletakkan makom Ibrahim pada tempat yang sekarang ini. Padahal, sebelumnya tempatnya sangat dekat (mepet) Baitullah.

Kondisi banjir pada masa Umar Ibn A-Khattab ra, sangat dashyat dan menakutkan. Jangan kemudian berkata "banjir itu datang karena banyak maksiat di Makkah". Ingat, pada waktu itu sebagian besar yang bermukim di Makkah dan Madinah adalah sahabat-sahabat Rosulullah SAW. Mereka adalah orang-orang yang mendapat jaminan surga Allah SWT.

Makkah berkali-kali Banjir, sehingga sumur zam-zam tercampur dengan lumpur. Sampai sekarang-pun kadang masih banjir jika curah hujan tinggi. Sebagian penduduk Makkah ada yang tidak mau minum zam-zam, mereka mengatakan "air zam-zam pernah tercampur dengan lumpur dan kotoran ketika banjir di Masjidilharam". Namun Syekh Abdul Fattah Rowah menjelasakan dengan sejelas-sejelasanya seputar ke-ajaiban air zam-zam, bahwa air zam-zam itu tidak akan menyatu dengan air biasa walaupun kelihatanya menyatu, ibarat air dan minyak.

Sepuar Gempa, memang ada sebuah kisah menarik seputar gempa yang terjadi di Madinah. Dimana Umar Ibn Al-Khattab ra, menerangkan bahwa itu merupakan teguran kepada manusia yang berbuat maksiat dan durhaka kepada Allah SWT.  dengan teguran itu, diharapkan manusia kembali mengingat Allah SWT.

Tidak dipungkiri, setiap kejadian itu tidak lepas dari sebab musababnya. Gempa yang terjadi di Jakarta dan Jawa Barat bisa juga jadi terguran kepada umat islam, khususnya masyarakat JAwa Barat yang enggan beribadah, enggan zakat, enggan juga saling menyapa. Bisa juga itu teguran kepada para tokoh agama yang kadang lebih suka saling menyalahkan dari pada mengajak dan menuntun umat ke jalan yang benar. Intinya, apa yang terjadi merupakan muhasabah diri bagi manusia. Ada juga yang agak konyol sedikit "kenapa gempa itu tidak terjadi di Israel yang nyata-nayata merusak, menyudutkan dan merampas hak umat di Palestina".

Semua orang boleh berpendapat apa saja di era demokrasi ini. Yang tidak boleh itu menuduh orang lain lebih buruk dari pada dirinya, dan menganggab apa yang dilakukan lebih baik dari pada orang lain. Semua harus yakin seyakin-yakinnya, bahwa Allah SWT maha kuasa atas segalanya. Allah SWT bisa saja melakukan apa saja, dimana saja dan kapan saja, karena Allah SWT maha kuasa atas alam semesta.

Kewajiban manusia itu, saling menasehati dalam kebaikan, bukan saling bermusuhan dan justifikasi. Di dalam sebuah hadis yang diterangkan dalam Kitab Al-Wafi Syarah Arbain Al-Nawawi diterangkan "di ibaratkan, orang baik dan buruk dalam satu perahu. Orang baik ada di lantai atas. Sementara orang jahat (ahli maksiat dan kaum durhaka kepada Allah SWT) di lantai bawah. Ketika orang jahat yang lantai bawah merusak, melakukan apa saja. Mereka yang dilantai atas terdiaam, dan justru memusuhinya. Maka maka, mereka yang dibawah semakin merajalela.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun