Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Khilafah Pancasila Vs Mimpi Khilafah Monarki HTI

9 Desember 2017   10:18 Diperbarui: 9 Desember 2017   11:20 10927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Khilafah Islamiyah pernah berjaya di masa lalu, yaitu masa Khilafah Umawiyah, Abbasiyah, dan Ustamniyah Turkey. Tentu saja sebagian dari mereka, khususnya Hizbu Tahrir ingin mengulang kembali masa kejayaan itu, sebagaimana orang bani Israel ingin mengulang kembali kejayaan mereka di masa Nabi Sulaiman, dengan cara mengusir Palestina dan menjajahnya. Sebenarnya, Hizbu Tahrir harus membebaskan Palestina dari penjajahan Israel, karena organisasi ini berdiri di Palestina.

Juga, di Nusantara yang pernah ada kerajaan besar yang berjaya, bahkan pernah mengalami masa kejayaan, yaitu pada Kerajaan Majapahit.  Wajar, jika masyarakat Nusantara mendirikan kembali negara Indonesia, sekaligus meneguhkan kembali masa kejayaan pada masa Majapahit. Hanya saja, bentuknya tidakl lagi kerajaan, tetapi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan sistem demokrasi.  Begitu juga dengan Turkey, kadang bermimpi ingin mengulang kembali kejayaan, sebagaimana kejayaan di masa kesultanan Turkey Ustmani.

Namun, Al-Quran menjelaskan bahwa dunia itu akan terus berputar, dan silih berganti. Tidak ada sistem pemerintahan yang abadi, karena semua yang di bumi bersifat fana (rusak). Dalam hal ini, Allah SWT menegaskan "itulah hari-hari yang kami putarkan silih berganti di antara manusia". ( QS.Ali Imron (3:140). Semua harus menerima kenyataan, bahwa dunia akan terus berubah, dan terus berganti. Tidak ada yang abadi, apalagi hanya urusan kekuasaan yang bersifat temporer.

Wal hasil, kerjakan apa yang ada di depan mata, dan berbuat baiklah sebanyak-banyaknya kepada sesama, karena kebaikan itu akan abadi. Dalam bahasa Al-Quran, Allah SWT mengingatkan "Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (QS Al-Insirah (97:7). Sekarang umat Islam Indonesia menghadapi sistem demokrasi, maka harus di hadapi dan di pelihara dengan sebaiknya. 

Semua orang tentu saja akan merindukan dengan apa yang diinginkan dan dicita-citakan. Namanya orang rindu, sudah pasti ingin sekali bertemu dengan yang orang dirindukan. Sudah pasti yang dirindukan itu sangat istimewa baginya, walaupun menurut orang lain biasa-biasa saja. Orang rindu (kasmaran), itu semua akan nampak menjadi lebih menarik, dan indah walaupun yang dirindukan itu hanyalah sebuah ilusi. Hibu Tahrir sedang merindukan masa lalu,sehingga lupa dengan kondisi nyata yang depan mata.

Rabu (6/12) mata masyarakat Indonesia tertuju untuk menyaksikan ILC yang di pandu langsung oleh jurangannya, yaitu Karni Ilyas seputar reuni 212. Yang menarik dari acara ILC , sebenarnya bukan reuni 212, juga bukan perdebatan antara Abu Janda vs Felix, karena keduanya sedang acting di depan kamera. Usai perdebatan, biasanya di ahiri dengan rukun pertemuan yaitu selfiria. Kurang afadal rasanya, jika sebuah perdebatan, tidak di akhiri dengan "foto bersama".Jadi, penampilan Felix dan Abu Janda adalah ackting bagi kedua insan yang sedang keranjingan medsos.

Perdebatan antara Khilafah Islamiyah dan nuansa politik 212 semakin menarik, tetapi itu kelak akan menjadi kenangan belaka, karena gerakan 212 itu tidak memiliki dasar yang kuat sebagaimana kekuatan dasar bedirinya Jamiyah NU dan Muhammadiyah di Nusantara ini. Reuni 212 dengan sendirinya kelak akan hilang sendiri seiring dengan waktu dan pergulatan politik yang kuat. Yang tidak akan hilang itu adalah perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, karena itu merupakan ilustrasi akan rasa cinta seseorang kepada junjunganya.

Para pemirsa, khususnya dari kelompok HT yang sedang di bubarkan, pasti akan terpukau dengan penampilan Felix, mereka akan mengatakan "Ko Felix, benar-benar hebat dan luar biasa". Meminjam bahasa orang dulu "Felix, ternyata sakti Mandraguna dalam utusan Khilafah". Apalagi ketika mengeluarkan salah satu hadis seputar masalah bendera yang bertuliskan "tauhid". Penggagumnya semakin percaya bahwa Felix itu benar-benar sempurna. Keren habis... 

Sangat wajar, jika para pengikut HT sangat kagum, ketika sedang berbicara kaum wanita (alhawat HTI), detak jantungnya semakin keras. Setiap kalimat yang keluar dari Felik penuh dengan makna, bagaikan mutiara.  Felix bisa memaparkan materinya dengan baik. Ini membuat Felix semakin tinggi derajatnya di pada kelompok HT yang sedang menunggu pembubaran.

Bagaimana tidak menarik, wong Felix, menerangkan seputar kewajiban seorang muslim menjalankan perintah Al-Quran. Maka, kehadirannya pada acara reuni 212 merupakan sebuah keniscayaan di dalam mewujudkan persaudaraan sesama muslim yang rindu menerapkan ajaran agamanya. Dan terahir, Felix menyelipkan masalah kewajiban mengikuti Khilafah Islamiyah sebagai solusi terbaiknya dari semua persoalan bangsa dan umat islam. 

Ada yang lebih menarik, banyak sekali yang tidak setuju dengan "perayaan sholawat Nabi SAW" dengan alasan sesat (bidah), dan masuk neraka. Tetapi pada reuni 212 ini, semua menjadi setuju. Bisa jadi, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, sementara tidak sesat (bidah). Begitulah kenyataan politik, semua akan menjadi boleh, semua menjadi tidak bidah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun