Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Titik Temu Islam NU-Santara dan Saudi Arabia Now

3 November 2017   14:36 Diperbarui: 3 November 2017   14:42 1280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saudi Arabia itu Negara paling besar di Timur Tenggah dan memiliki peranan yang sangat kuat di dalam percaturan politik dan keamanan timur tenggah. Semakin besar dan terkenal, bukan karena kaya minyak atau kebesaran Rajanya, tetapi karena memposisikan diri sebagai Negara yang melayani dua tanah suci (Makkah dan Madinah). Siapa-pun orangnya diman saja berada. Entah itu orang Arab, Eropa, Afrika, Asia, akan mulia jika menisbatkan dirinya sebagai tamu Allah di tanah suci Makkah, dan juga menjadi tamu Rosulullah SAW.

Apa-pun nama Negara atau kerajaannya, akan semakin terkenal dan berwibawa jika mengelola dua tanah suci Makkah dan Madinah. Raja Saudi Arabia telah mengikrarkan dirinya sebagai "Pelayan dua tanah suci Makkah dan Madinah". Tidak ada yang lebih istimewa melebihi nama tersebut. Karena tidak ada yang mulia di dunia ini melebih kemulyaan tanah Makkah, dimana di dalamnya ada Baitullah. Sementara di Madinah terdapat mahluk paling sempurna.

Lihat saja, orang islam di dunia, mereka berbondong-bondong menunaikan ibadah haji dan pergi ziarah ke Makam Rosulullah SAW. Setelah itu, derajat mereka terangkat lebih mulai di sisi Allah SWT, dan juga mendapat penghormatan dari banyak orang. Orang bisa menjadi istimewa bukan karena posisi dan jabatanya, tetapi karena pernah menunaikan ibadah haji dan ziarah makam Nabi Muhammad SAW.

Saudi jaman dulu, berbeda dengan Saudi jaman sekarang. Raja Saudi jaman dulu berbeda dengan Raja Saudi Jaman sekarang. Kebijakan Raja Saudi dulu, berbeda dengan Raja Saudi jaman sekarang. Dulu, setiap orang Saudi, mulai tokoh dan ulama'nya, bahkan mahasiswa, dengan mudah mengeluarkan kata-kata "bidah" kepada orang yang tidak sefaham dengan mereka.

Apalagi, mahasiswa asing yang belajar di Arab Saudi, tidak segan-segan menjustifikasi umat islam NU-Santara dengan "Quburiyun",walaupun hanya bermodal hafalan hadis Arabin Al-Nawawiyah. Menuduh Bidah, syirik, khurafat menjadi sarapan pagi bagian dari pengajian baik di masjid, kampus.  Tapi, itu dulu. Sekarang tidak lagi begitu, bisa dikatakan Saudi Now, lebih keren dari pada Saudi masa lalu.

Makkah dan Madinah itu nama istimewa, yang bersumber dari Al-Quran dan lisan Rosulullah SAW. Sedangkan Arab Saudi nama yang di ciptakan oleh Raja Pertama. Jadi, eksistensi Makkah dan Madinah akan berlangsung hingga hari qiyamat, sementara Arab Saudi tergantung terbatas pada waktu. Sekali lagi, menjadi penduduk Makkah dan Madinah itu lebih istimewa dari pada menjadi penduduk Arab Saudi.

Saudi Now, sudah mulai merubah diri seiring dengan munculnya gerakan-gerakan radikal yang membayakan eksistensi Negara dan dunia. Ulama-ulama yang mengajar di Masjidilharam dan Nabawi itu sangat NU-Santara sekali, sebagaimana ulama NU-Santara yang mengajar di Masjidilharam pada awal berdirinya Arab Saudi, dan sebelum Arab Saudi berdiri.

Lihat saja, Syekh Abdul Hamid Ali Qudus. Beliau itu orang Kudus-Jawa Tenggah yang pernah menjadi Imam Masjidilharam, sekaligus mengajar di Makkah. Hampir semua ulama NU-Santara yang mukim, atau yang sedang menunaikan ibadah haji belajar ilmu Al-Quran, hadis, fikih, tawaswuf, kepada ulama NU-Santara yang mengajar di Masjidilharam.  

Syekh Imam Nawawi Al-Bantani, juga gurunya para ulama dan habib NU-Santara yang bermukim di Makkah. Imam Nawawi itu tidak hanya mengajar, beliau menulis dan menjadi rujukan ulama NU-Santara dan dunia. Karya-karyanya sangat fenomenal dan mengguhah ulama Arab, baik dari Syam, Hijaz, maupun Najid. Bahkan, ulama-ulama Al-Azhar Al-Syarif terkagum-kagum dengan karya Imam Nawawi, mulai ilmu tafsir, hadis, fikih dan tasawuf.

Selanjutnya, Syekh Muhammad Mahhfudz At-Tirmisi asal Pacitan. Santri beliau begitu banyak, muali daratan Yaman, Hijaz, Najed, Al-Syam, Mesir, Afrika. Kyai dan habaib di NU-Santara yang memang ngajinya kepada beliau. Karya beliau begitu mengagumkan dalam bidang fikih dan usul fikih, sampai-sampai hingga sekarang menjadi rujukan ulama usul fikih, baik di Umm Al-Qura University Makkah, maupun di kampus lain.

Ketahuilah, semua Ulama NU-Santara yang jumlahnya ratusan yang bermukim  di Makkah dan Madinah itu Aqidahnya merujuk pada Imam Abu Musa Al-Asaary, dan sebagian besar mengikuti madhab Al-Syafii. Mereka juga merujuk tasawuf yang di ajarkan oleh Imam Al-Ghozali dalam kitab Ihya' Ulumuddin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun