Mohon tunggu...
David Asmara
David Asmara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ada Baiknya

Menulis itu menikmati rezeki hidup..

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Memiskinkan Elit Partai atau Memiskinkan Rakyat?

16 Maret 2018   22:55 Diperbarui: 16 Maret 2018   23:09 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sejarah baru,  2019 tahun politik di Indonesia. Laga partai pastinya jadi drama panjang politik bangsa ini dengan pertumbuhan partai peserta pemilu. Partai baru bermimpi mewujudkan visi, bagi mereka (partai baru) tak kalah pamor meski debutnya masih belum merambah masyarakat kelas bawah. 

Jikalau kita melirik partai politik peserta pemilu tahun depan, seperti yang telah lolos verifikasi faktual komisi pemilihan umum republik indonesia baru-baru ini diumumkan KPU. Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Gerindra, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Golkar, Partai Nasdem, Partai Garuda, Partai Berkarya, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Perindo, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Solidaritas Indonesia, Partai Amanat Nasional, Partai Hanura, dan terakhir PBB yang mesti bertarung sengit.

Namun tak dapat dipungkiri bahwa empat partai dengan nama baru diatas, Berkarya, Perindo,  Garuda dan Solidaritas Indonesia sudah pasti memiliki modal kuat. Apakah itu, SDM, Infrastruktur,  hingga Budget yang mumpuni. Meskipun baru tapi handal dalam membangun struktur partainya. 

Fenomena tersebut, artinya partai baru punya kecakapan memanage organisasi sehingga dapat lolos seleksi bersama rival partai yang sudah 'mapan'. Mesin politik, organisasi bergulir kencang memacu tenaga memasuki kancah pergumulan politik serentak. 

Persoalannya kemudian, apakah partai-partai peserta pemilu ini, khususnya elitnya akan menjalankan etika politik bersih kepada rakyat. Ataukah, budaya ' memiskinkan rakyat' sebagai analogi rakyat dianggap miskin dengan upah coblos (pilihan) dengan perantara uang pecahan. Masih akan menjadi jalan pintas menggapai mimpi para elit mencapai tujuannya. 

Hanya ada satu pilihan bagi elit (caleg) partai dalam konteks pendewasaan berpolitik rakyat. Memberikan pendidikan politik secara benar,  bersih dan berwibawa. Ungkapan kesadaran elit layak dipertimbangkan bagi partai dalam merekrut kader partainya. Agar partai dan kadernya tidak lagi terjebak pada euforia pesta pora. Mengumbar janji dengan 'jual beli' seakan rakyat adalah manusia miskin  yang tengah mengalami kelaparan. Dan dengan itu cukup melepaskan dahaga mereka.

Kemudian,  logis ketika kegagalan menghampiri elitnya. Jangan persalahkan ketika manusia yang dianalogikan miskin. Ketika kemudian berbalik memiskin elit. Kesadaran kemudian diharapkan dapat membatasi ruang-ruang elit politik untuk melakukan langkah politik yang bersih, berwibawa dan bertanggungjawab sesuai dengan visi partai dan kepentingan bangsa dan negara.*** 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun