Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jantan Betino, Boleh Manjat Galo!

1 Mei 2021   18:54 Diperbarui: 1 Mei 2021   18:56 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Annie Spratt on Unsplash


"Awak betino, gawenyo manjat!" (kamu itu perempuan, kok kerjaannya manjat!)

Makin ramai yang belanja di warung Mamak, makin banyak kalimat nyinyir yang terlontar dari mulut-mulut unfaedah. Mamak biasanya terlalu peduli dengan ucapan tetangga, dan kerap menyuruhku turun.

Dulu di keliling rumahku banyak pohon yang panjatable. Pohon jambu dan rambutan. Ada juga pohon mangga yang banyak kerenggo (entah apa bahasa Indonesia-nya), pohon macang yang besar, kedondong yang lebih besar lagi, dan pohon pepaya yang jelas tak bisa dipanjat.

Bapak yang cuek, biasanya memberi respons lebih santuy. "Tokor yo tokore dewe, ra nyilih!" (kakinya punya sendiri, gak minjem!)

Aku tau istilah yang beliau gunakan tergolong kasar. Tapi Bapak kalau bercanda memang seenak udel. Lagi pula seimbang aja sih dengan ucapan tetangga. Menyebut "perempuan" saja jarang-jarang, gantinya "betino!" kata yang lebih tepat disematkan pada hewan.

Syukurnya, keberpihakan Bapak menurun pada kakak-kakakku.  Kalau tetangga rese' komentar negatif melihat aku manjat, mereka menyuruhku pindah ke pohon samping rumah. Kadang aku juga bisa merayap di ruang antarlemari, di jendela, atau meniti ranjang tempat kami tidur, yang terbuat dari besi padat.

Sensasi memanjat itu tak terkata nikmatnya. Maka aku tak heran jika anak-anak suka melakukan hal yang sama di usia yang sama denganku dulu.

Si kakak ketika di TK paling hobi meniti tali dengan kepala di bawah. Si adek, tak akan membiarkan pagar atau tangga yang ia datangi nganggur, tanpa dipanjat dulu dengan berbagai cara sebelum pulang. Sekarang pohon-pohon sudah jarang, jadi panjat yang ada saja. Yang penting, orangtua mengawasi. Bukan sekadar boleh lalu dianggap anaknya sakti. Gak bakal jatuh.

Baca juga: Menu Sahur per 10 Hari Ramadan

Manfaat Memanjat

Si kakak empat tahun bersekolah di sekolah alam. Di sanalah kutemukan sekolah yang mendukung anak-anak untuk memanjat. Bukan sekadar membebaskan anak, tapi juga memahamkan orangtua bahwa kegiatan memanjat memiliki manfaat, dan tidak hanya dibolehkan untuk anak laki-laki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun