Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesan Seorang Konsumen di Hari Konsumen Sedunia

15 Maret 2021   18:10 Diperbarui: 15 Maret 2021   18:27 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Blake Wisz on Unsplash

Ketika keluar dari swalayan, masih saja ia memandangiku, seolah tidak puas. Maka kubuka lagi ransel di hadapannya. "Mau liat, jangan-jangan aku nyolong barang?"

Ia ngamuk! "Dak usah belanjo sini, cari be tempat lain!" katanya.

Buset, ternyata dia bukan cuma seorang satpam. Tapi juga pemiliknya! Cuma pemilik usaha kan, yang berani menolak konsumen yang datang.

Sama seperti satpam sebelumnya, yang ini juga hari-hari berikutnya tak kutemukan lagi sosoknya di tempat biasa. Tetangga sebelah rumah mengaku kehilangan HP di swalayan yang sama, gara-gara ia menitipkan tas berisi HP saat belanja.

Baca juga: Sumpah Bodoh di Dalam Masjid

Pemilik Toko Komputer Arogan

Di antara sekian toko komputer yang ada di kotaku, hanya sebagian kecil yang dimiliki orang Melayu. Itu pun rata-rata kelas pengecer. Ada satu penyedia spare part sekaligus servis yang lumayan besar yang dimiliki warga lokal. Mungkin bukan satu-satunya, tapi hanya satu itu yang kuketahui.

Semata alasan solidaritas, aku sering membeli kebutuhan rumah dan kantor yang berkaitan dengan komputer di sana. Sampai suatu kali, dengan maksud bercanda, aku mengomentari harga sebuah headset.

"Wah, mahal, ya," kataku.

Normalnya, penjual bisa menawarkan produk lain yang lebih murah. Atau memberitahu alasan kenapa produk tersebut mahal. Sekadar senyum juga boleh.

Tapi tuan kaya itu malah menjawab dengan nada ketus, "Kalau mau beli, dak mau sudah. Cari be yang murah di tempat lain!" lebih kurang begitu, aku tak ingat tepatnya.

Meski uangku cukup untuk membeli, tapi karena jawabannya begitu merusak hati, jelas kubatalkan rencana. Sampai kini tak pernah aku ke sana. Tokonya pun tak ada lagi. Dulu dia punya sedikitnya tiga cabang, sekarang tinggal satu antara hidup dan mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun