Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aku Bosan Mendengar Ceramah Isra Mikraj!

10 Maret 2021   18:19 Diperbarui: 10 Maret 2021   18:38 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Anak-anak, ikuti ucapan Pak Ustaz, ya!"

Riuh suara anak-anak menjawab. Mereka mengiyakan.

"Aku berjanji, tidak akan ribut ..." suara anak-anak pun turut. Riuh rendah terdengar hingga ke beberapa rumah yang tak terlalu jauh dari masjid.

"Kalau aku ribut, aku rela bapakku kawin lagi!"

Tak terdengar suara anak-anak mengikuti. Berganti suara tawa yang tak seriuh sebelumnya. Aku yang berada di rumah pun tepok jidat. Ini siapa sih orangnya, kok di mana pun aku tinggal dia lagi yang ngisi ceramah di masjid.

Ceramah Tak Berbobot yang Merusak Hikmah

Apakah orang yang ceramah di masjid dekat rumah orang tua sama dengan yang di dekat rumahku, atau ada standar baku guyonan khas pembuka ceramah dengan janji bodoh itu, sehingga rata-rata penceramah yang diundang masjid sekitarku harus membawakannya?

Kita dilarang membenci syariat (poligami), tapi penyampainya menjadikan syariat sebagai candaan bahkan pada level yang menyebalkan. Apa gunanya melarang anak-anak ribut dengan ancaman demikian? Merusak hati dan nalar.

Baca juga: Materi Isra Mikraj yang Tidak Ada di Masjid

Yang namanya anak-anak, identik dengan keriuhan, berantakan, dan macam-macam ketidakberesan. Kalau penceramah tak suka keributan khas anak-anak, sebaiknya dari awal melarang panitia masjid mengundang anak-anak. Jika perlu, halau sekalian. Daripada psikis mereka dirusak guyonan unfaedah.

Tiga tahun berturut-turut, entah peringatan Maulid Nabi atau Isra Mikraj, selalu saja ceramah dibuka dengan janji bodoh itu. Sampai aku merasa dibayang-bayangi oleh penceramah yang entah siapa. Kok dia selalu "tampil" di masjid yang dekat dengan tempat tinggalku!

Materi dalam Topik, tapi di Luar Kotak

Adalah semangat kebersamaan yang kukira menjadi landasan kita suka mendatangi masjid pada perayaan tahunan apa pun, termasuk Isra Mikraj yang tiap 27 Rajab diperingati. Momen-momen seperti ini sangat tepat dimanfaatkan untuk mengingat kembali tujuan seseorang diciptakan.

Sangat disayangkan jika materi yang disampaikan hanya perulangan materi yang sudah pernah dibagikan tahun-tahun sebelumnya. Apalagi ditambah guyonan tak berkualitas, yang membuat ibu-ibu bawel sejenisku enggan ikut meramaikan.

Pada peringatan Maulid Nabi, materi yang disampaikan adalah Nabi seorang yatim, beliau pernah dibuka dadanya oleh malaikat, Nabi tak pernah berdusta, beliau seorang pedagang yang menikahi janda kaya. Setiap tahun diulas kisah yang sama.

Pada peringatan Isra Mikraj, materi yang diberikan adalah Nabi naik ke langit bertemu para nabi. Beliau dan umatnya diperintahkan salat lima puluh kali dalam sehari semalam. Nabi bertemu jin ifrit, melihat surga dan neraka, .... Iya, bagus kok! Manfaat. Tapi kalau terus diulang-ulang, jadi tidak berkesan.

Orang, terutama anak-anak, lebih antusias ke masjid karena makanannya ketimbang ceramah, yang merupakan inti acara. Ah, aku su'uzhon! Nyatanya aku pernah kecil, dan makanan itulah yang ada di kepalaku dulu. Iya, itu aku.

Baca juga: Anak 90-an Pasti Kenal Mainan Ini!

Waktu kecil dulu, meski aku selalu tertidur saat ceramah berlangsung, besoknya di sekolah aku tetap bisa menjawab pertanyaan guru agama. Siapa nama ayah Nabi? Siapa nama ibu beliau? Nama pamannya, naik apa ke baitulmaqdis, apa nama tempat tertinggi di langit, .... Bukan karena pintar, tapi sudah hafal.

Sama dengan ilmu dunia, ilmu agama juga tak sebatas soal hafal menghafal, tapi juga memahami sehingga mampu mengambil hikmah. Ada banyak pelajaran penting dari peristiwa Isra Mikraj, tapi semua terbenam oleh tawar-menawar jumlah salat yang berakhir dengan lima waktu sehari semalam.

Barangkali ada yang menyayangkan, kenapa dulu Nabi gak naik lagi untuk minta keringanan lagi. Sehingga dalam sehari semalam kita cukup melaksanakan salat satu kali saja. Padahal ada hikmah lain yang bisa dipetik. Yang mana Nabi mendapat masukan dari Nabi Musa as yang membandingkan umat Nabi Muhammad saw dengan umatnya, Bani Israil.

Masih ada hikmah lain yang bisa disesuaikan dengan kondisi hari ini, alih-alih membahas tema yang sama berulang-ulang. Topik tentu ikut momen, tapi ide harus di luar dari yang biasa. Meski demikian, sebaiknya tidak pula ditambahkan cerita fiktif yang kerap diambil dari kisah israiliyat. Sebab di antara peserta ceramah, ada anak-anak yang belum bisa membedakan mana kisah nyata mana perumpamaan.

Kecuali sejak awal anak-anak dihalau, jangan masuk masjid kalau tak mau bapakmu kawin lagi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun