Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bersabarlah dalam Organisasi, Meski Semua Orang Menyebalkan

13 Februari 2021   07:00 Diperbarui: 19 Februari 2021   06:27 1239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Dylan Gillis on Unsplash

"Teman-teman, jangan lupa lusa sudah deadline ..."

Begitu lebih kurang informasi dari admin WAG sekaligus ketua organisasi. Aku ada di sana sebagai tetua. Tau bangetlah rasanya menagih komitmen anggota. Dari memotivasi sampai memaki-maki, sudah bertahun-tahun aku alami.

Berorganisasi itu, menurutku beratnya melebihi kerja cari nafkah. Kalau di kantor, orang khawatir dengan kemarahan atasan. Organisasi? Jangan harap ada yang khawatir dengan kemarahanmu.

Wajar jika dalam berorganisasi, banyak orang yang lebih memilih jadi staf atau bahkan jadi anggota biasa. Kesannya tak banyak amanah, cukup nama dan sesekali setor muka. Percuma tinggi jabatan, toh dari puncak sampai alas, tidak ada yang dibayar.

Itu kalau kita hanya berorientasi pada materi. Tapi jika melihat lebih jauh lagi, banyak sekali manfaat menjadi pengurus organisasi. Dengan catatan, pengurus yang amanah. Bukan yang modal telunjuk, ogah turun ke lapangan tapi hobi naik podium.

Melatih Kesabaran

Datang awal waktu untuk rapat, tapi menunggu sampai hitungan jam. Yang pernah berorganisasi, apalagi dalam waktu lama, kemungkinan besar pernah mengalami hal ini.

Benar-benar uji kesabaran paling mantul. Apalagi jika yang datang belakangan hadir sambil senyam-senyum tanpa merasa ada yang salah. Itu sudah bagus dia datang, ada kalanya tidak hadir dan tanpa kabar sama sekali.

Solusinya? Tetap datang di awal, bawa buku untuk teman menunggu. Ah, kan ada HP. Ya sih, HP adalah teman cerdas serba bisa. Tapi saking bisanya, kamu mungkin terpancing untuk umbar aib organisasi di medsos.

Baca juga: Tidak Ada Diskon yang Tulus!  

Memahami Karakter Manusia

Okelah untuk awal berorganisasi, seringnya kita jadi korban. Menunggu, diperintah, diabaikan, dan macam-macam perlakuan yang tidak menyenangkan dari teman maupun pimpinan.

Tapi pada masanya nanti, ini akan membuat kita paham. Ada orang yang mumpuni di bidang ini, ada yang tak cakap di sana. Semua manusia punya kelebihan dan kekurangan. Maka ketika kita sendiri yang berkesempatan memimpin, tau bagaimana memanajemen SDM.

Memperluas Pergaulan

"Tar, ada anggota cari kerjaan dak? Kami butuh wartawan." Pertanyaan senada bukan sekali dua kali kuterima, banyak.

Mereka bukan mengenalku sebagai agen penyalur tenaga kerja, tapi setidaknya dalam bidang ini, ada namaku dalam memori mereka. Tak hanya urusan tulis menulis, dengan pengalaman organisasi yang cukup, di berbagai bidang akan ada yang mengenal kita. Bedakan jaringan yang luas dengan popularitas ya!

Kalau sekadar populer, ada banyak cara mudah daripada capek-capek berorganisasi.  

Melatih Kemampuan Komunikasi

Waktu kecil, kakak-kakak sering sekali mengajakku ke rumah teman mereka. Kakak-kakak yang saat itu masih remaja enteng saja berkata pada temannya, "Kau ajak ngomong adik aku tu, kalo dak, dak bakal dio ngomong duluan."

Bahkan ada kakak yang lebih parah. "Kalo dak penting penting nian berentilah ngomong samo adik aku, dak biso ngomong dio tu!"

Sebagai introvert, organisasi benar-benar melatihku untuk bisa menyampaikan pendapat secara lisan. Baik sebagai staf maupun ketika menjadi ketua, kita dipaksa memulai komunikasi. Meski sampai sekarang aku masih kesulitan mencari bahan basa-basi saat yasinan. Ah sudahlah.

Baca juga: Ngaji, Tapi Suka Memfitnah

Aliran Pahala

"Anak sekarang aneh ya. Kakak datang ke situ untuk lihat-lihat kondisi sekarang. Eh malah kakak dibuat kayak tamu. Mending tamu yang dihormati, ini kesannya kayak Kakak orang luar yang dak tau dan dak perlu tau apa-apa."

Seorang senior pernah curhat soal kondisi terbaru organisasi yang ia dirikan. Aku termasuk saksi yang melihat susah payahnya bersama rekan-rekan saat memprakasai organisasi tersebut.

Sebenarnya nasibnya mirip dengan nasibku, tapi seorang senior lain menegur saat aku baru mengenang-ngenang masa lalu.

"Ingat yang baik-baiknya saja. Yang buruk tidak usah dibahas, bikin hilang pahala. Walau bukan kita yang dirikan, kalau Allah tentukan lembaga itu ada, masih banyak stok manusia lain yang bisa dijadikan pendiri."

Kamu setuju juga kan dengan kalimat tersebut?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun