Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tetap di Tengah Demi Menghindari Hipokrisi

8 Oktober 2020   13:59 Diperbarui: 8 Oktober 2020   14:13 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wesley Tingey on Unsplash

Teman Lama vs Teman Baru

D baru saja masuk ke kelas, setelah ngobrol sebentar denganku di luar. Aku memandangi anak-anak cowok yang bermain basket di lapangan, dari atas, tepat di depan kelasku.

Tiba-tiba A merangkul, "Kalau kau main samo dio, aku dak mau kawan samo kau," katanya.

A tersenyum, lalu pergi. Aku bingung.

A sekelas denganku di kelas 2 dulu. Tapi hanya kami yang akrab. Teman-teman dekatku bisa akrab dengan A, tapi gank A tak akan mungkin bisa berbaur dengan teman-teman di lingkaranku.

Begitu pula D. Ia cantik, tapi musuhnya banyak. Jadi tak ada yang mau dekat dengannya kecuali anak-anak cowok. Dan itu makin membuatnya dimusuhi cewek-cewek. Aku dan D sekelas di kelas 3.

Baik A maupun D, keduanya bukan tipikal yang seide dengan aku dan kawan-kawan dekatku. Itulah yang membuatku bingung, kenapa sampai terbawa urusan mereka. Bertahun-tahun sekolah, mana urusan aku dengan cowok. Sekolah itu ... jajan!

Tapi ucapan A berikutnya memang benar. Katanya, D hanya dekat denganku karena tak ada yang mau bermain dengannya. Setelah ia punya teman baru, aku pasti ditinggalkan.

Hal itu memang terjadi, tapi aku tak pernah merasa kehilangan D. Aku punya teman-teman yang lebih seru. Kami belajar kelompok hampir tiap pekan, bikin tugas? Bukan, kami nonton!

Bagiku A dan D sama-sama baik. Sampai sekarang aku tidak tau apa persisnya yang mereka ributkan dulu, sepertinya masalah siswa populer. Dan aku tidak termasuk golongan itu.

Kalau dulu aku pilih meninggalkan D (duluan) karena hasutan A, rugi sendiri dong. Dengan A pun aku tak dapat apa-apa. Atau justru jauh-jauh dari A demi D, itu pun tak mungkin kulakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun