Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Bro, Nulis Itu Nggak Segampang Ngupil!

11 September 2020   09:40 Diperbarui: 12 September 2020   16:54 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi ngupil (kompas.com)

Ada email masuk, "Your work accepted!"

"Ciee, enak ya nulis dibayar." Ada yang komen begitu. Untungnya dia tahu kalau proses menuju "ciee" itu tidak sebentar.

Sama dengan aku yang sering kagum pada penjual gorengan. Enak ya, berdiri goreng-goreng sebentar, duit kumpul. Sekalinya praktik sendiri di rumah, baru sesi kupas mengupas aja sudah capek. Alih-alih kerja cepat, dan tabah ketika pembeli sedang sepi.

Oke, untuk urusan duit semua orang punya jalur rezeki sendiri. Tapi ini soal request kosong oleh mereka yang tak paham betapa mahalnya sebuah proses.

Baca juga: Profesi Orangtua dan Efeknya pada Anak

Dulu sekali, aku pernah lulus tes desain grafis untuk sebuah surat kabar. Tak kuambil karena gajinya jauh di bawah UMP. Padahal jenjang karirnya jelas, kata temanku. Ya juga sih.

Dengan nominal gaji yang begitu receh, aku heran melihat banyak teman yang betah sekali di sana. Belakangan baru kupahami betul, bahwa bukan semata gaji yang mereka cari. Pengalaman dan jaringan, itu yang nantinya juga berujung ke penghasilan.

Terbukti, mereka yang belakangan sudah tidak bekerja di sana, tetap saja bergelut dengan dunia jurnalistik. Salah satu di antaranya pernah bilang, yang bikin berduit itu bukan gaji kantor, tapi pilkada.

"Ada orang narsis yang butuh pengakuan," ucap mantan pemred yang dulu kerap satu meja diskusi denganku. "Satu halaman tulisan, ditambah foto dari dia (bukan hasil liputan), minimal dibayar lima juta."

Pengakuan itu diucapkan tahun 2012, ketika ia datang sebagai pembicara dalam peluncuran novel perdanaku.

Teringatlah aku pada salah satu kakakku yang punya ambisi konyol. Ia ingin aku bekerja sebagai wartawan, karena gudangnya kerap didatangi orang berkalung ID card.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun