Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kakakku Termakan Kebohongannya Sendiri

30 Juni 2020   15:51 Diperbarui: 30 Juni 2020   16:23 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (kompas.com)

Aku berhenti, menoleh padanya. Ia diam saja. Posisinya tepat di kiri tempat aku berdiri. Kakakku terus saja berjalan.

"Yuk, ado momok!" kataku memanggil kakakku. Ayuk adalah panggilan umum untuk kakak perempuan.

Ia mundur sedikit, lalu menarik tanganku.

"Itu momok lagi duduk!" kataku, mengajaknya melihat.

Kakakku justru berjalan makin cepat. Alih-alih menoleh, aku merasa seperti diseretnya. Bonus tanganku dicubit, semacam instruksi agar aku diam. Aku masih terus menoleh ke belakang, memandangi momok yang tetap diam saja.

Bertahun-tahun kisah ini hanya jadi kenangan, dengan aku yang masih mengira itu adalah momok yang sebenarnya. Seperti deskripsi singkat kakakku, momok itu kodok!

Sampai kemudian, temanku di SMA punya teori. "Setiap kita punya deskripsi sendiri tentang jenis hantu." Ia sengaja memancing kami dengan berkata, "Aku melihat kuntilanak." Lalu dia tanya, "Apa bayanganmu tentang kuntilanak?"

Aku membayangkan perempuan dengan baju putih panjang, berambut panjang, duduk di pohon. Masing-masing temanku punya imajinasi tersendiri.

"Nah itu," katanya. "Kalau kita membayangkan ngeri ya ngeri. Lihat anak-anak, nama hantunya beda-beda tapi mereka punya ide yang sama, hantu itu seram!"

Aku langsung menyambungkan teorinya dengan pengalamanku tentang momok. Dan aku baru sadar, yang kulihat itu ya hantu (tepatnya jin sih, mungkin!) yang nama sampai bentuknya justru diciptakan oleh kakakku.

Kena batunya dia. Dia yang bohong, dia yang ketakutan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun