Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Pandemi ke Kisah Konyol Pohon Kelapa Gundul

14 Juni 2020   10:21 Diperbarui: 14 Juni 2020   10:31 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen syarifah lestari

Lebaran kemarin, dari Kota Jambi menuju Kabupaten Tanjung Jabung Timur, banyak kendaraan yang kabarnya diminta balik arah. Sampai beberapa hari kemudian, keluarga kakakku tidak bisa keluar dari desa mereka, dan orang-orang dari daerah lain yang datang mesti lapor ke aparat desa dengan berbagai data yang dibutuhkan.

Alhamdulillah Jambi termasuk daerah dengan risiko Covid-19 rendah, jadi masih ada daerah yang boleh didatangi meski pandemi. Aku dan keluarga pun menuju Sungai Bahar, salah satu kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi. Kunjungan ke Tanjabtim dibatalkan.

Pemeriksaan yang Mubazir
Di Kota, sekarang sering razia. Syukurnya bukan razia surat-surat kendaraan seperti dulu, melainkan razia masker. Orang yang berada di keramaian atau pengendara motor yang tak mengenakan masker, akan didenda sebesar 50.000 rupiah.

Keluar dari Kota, khususnya saat menuju Sungai Bahar, kami diminta berhenti di pos pemeriksaan. Polisi menyilakan kami untuk keluar, tapi tak wajib. Hanya sopir yang diwajibkan menuju tempat yang ditunjuk.

Tapi beberapa dari kami ikut keluar untuk melihat seperti apa pemeriksaan yang dimaksud. Begitu masuk ke mobil lagi, mereka semua tertawa.

dokpri
dokpri
Kakak iparku dikabarkan memiliki suhu tubuh 34 derajat Celsius. Keponakanku hanya diminta baris, lalu cuci tangan, kemudian difoto. Apaan sih!

"Program ecek-ecek, makan dana jugo tu!" kata abangku ngedumel.

Perjalanan dilanjutkan. Malamnya ketika kami pulang, pemeriksaan sudah tak ada lagi. Aku juga tak paham betul faedah dari pemeriksaan yang terkesan sangat ala kadarnya itu.

Pohon Kelapa Gundul dan Misteri Konyolnya
Dalam perjalanan Kota-Bahar, ada pemandangan yang menarik perhatianku, karena seketika itu juga menampilkan kembali nostalgia masa kecil yang begitu berkesan saking konyolnya.

Sungai Bahar memang gudangnya sawit. Kata abangku, itulah sebab tanah di sana gersang. Karena kabarnya pohon sawit kuat mengisap air.

Hamparan pohon kelapa sawit tua yang sudah tak berbuah dan berdaun berhasil kujepret karena mobil tak bisa ngebut melewati perkebunan/hutan (?). Jalannya tak memungkinkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun