Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mentalitas Kepiting di Sekitar Kita

30 Mei 2020   14:09 Diperbarui: 30 Mei 2020   14:10 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tempat tinggalku dulu, ada salah satu warga yang mencalonkan diri menjadi anggota legislatif. Tanpa melihat track record-nya, aku sudah yakin dia akan gagal mendulang suara di kampung kami.

Setiap pemilu, entah itu pilkada, pileg, maupun pilpres, orang tak pernah mengimbauku. Apalagi memberi apa-apa layaknya warga lain yang menerima amplop, beras, dll. Sepertinya tampangku tak cocok jadi target kampanye.

Begitupun dia. Meski ibunya hampir setiap hari belanja di warung Mamak, dan aku kerap menyapanya, tak pernah orang tua itu minta aku memilih anaknya, apalagi partainya. Tidak sekali pun.

Tapi bukan itu pula yang membuatku yakin warga yang nyaleg tadi tak akan menang di kampung sendiri.

Contoh Kasus
Suatu ketika, seorang kawan mencari rumahku. Sudah kuberi alamat lengkap beserta clue. Waktu itu belum ada smartphone, HP biasa pun belum umum dipakai orang. Ia sampai tepat di sebelah rumahku, bertanya pada seseorang yang usianya sedikit di bawahku, yang tiap malam kami biasa mengaji bersama di masjid.

"Tari? Dak ado di sini namo Tari."

"Cirinya begini ...."

Dia menggeleng, meyakinkan kawanku salah alamat. Sampai kawanku percaya dan pulang. Lalu menceritakan beberapa hari kemudian ketika kami bertemu.

Lain kasus. Ketika si S hendak menikah, seorang tetangga datang ke rumah calon mertuanya. Mereka saling kenal. Berceritalah tetangga ini tentang keluarga S yang menurutnya sangat sombong. Awal-awal sang mertua sempat termakan cerita, sampai bertahun-tahun ia lihat info itu tidak terbukti kebenarannya.

Keluarga S termasuk keluarga besar, tapi tidak satu pun dari anak di rumah itu yang menikah dengan tetangganya. Berbeda dengan kebiasaan di sekitarnya, yang mana tetangga saling menikahi. Barangkali itulah definisi sombong menurut orang tadi.

Crab Mentality
Pernah melihat kumpulan kepiting di dalam ember? Setiap satu dari mereka akan selamat tiba di pinggir, yang lain akan menariknya dengan capit mereka. Begitulah perumpamaan tabiat manusia seperti dua kasus di atas.

Meski kepiting mungkin tidak berniat demikian, tapi tingkah mereka kemudian melahirkan istilah untuk sikap yang mirip. Mentalitas kepiting.

Crab mentality atau mentalitas kepiting adalah sikap mental seseorang atau sekelompok orang yang tidak suka melihat kesuksesan orang lain. Rasa cemburu membuat orang-orang dengan sifat ini cenderung menjatuhkan orang lain agar senasib dengannya.

Di banyak tempat kita bisa menemukan orang dengan mental seperti ini. Di kantor, kampus, atau di lingkungan rumah. Atau malah kita sendiri yang punya sikap demikian?

Solusi
"Apabila seorang melihat dirinya, harta miliknya, atau saudaranya sesuatu yang menarik hatinya (dikaguminya), maka hendaklah dia mendoakannya dengan limpahan berkah." (HR. Abu Ya'la).

Dengan mendoakan orang lain tanpa sepengetahuannya, kita pun akan mendapatkan apa yang kita doakan. Keyakinan itu seharusnya mampu mengikis rasa iri, karena harapan bahwa yang didapat orang lain akan juga kita dapatkan.

Keyakinan itu memang tidak serta merta muncul ketika kita berdoa, tapi bisa diupayakan dengan berlatih. Latih diri berlapang dada melihat kelebihan orang lain dan mensyukuri apa yang ada pada diri sendiri.

Oh ya, bagaimana caleg yang kusebutkan di awal? Aku bukan peramal dan tak percaya ramalan. Tapi analisisku sebagai penghuni kampung yang sama dibenarkan oleh fakta setelah pileg. Ybs tak mendapat satu suara pun dari tetangga yang ia beri sembako, amplop, dll.

Padahal kata ibunya, mereka semua berjanji akan mendukung anaknya. Janji tinggal janji, suara yang masuk pas sejumlah anggota keluarga caleg itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun