Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Membangunkan Sahur Ada Etikanya, Bung!

21 Mei 2020   22:52 Diperbarui: 21 Mei 2020   22:45 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi membangunkan sahur | kompas.com

Aku pun termasuk yang tak setuju dengan kebiasaan ini, tapi karena lemah iman, tak enak memprotes. Sudah jelas orang akan terganggu jika pukul dua pagi mendengar teriakan-teriakan dari pelantang. Kukatakan teriak ya, bukan imbauan dengan suara yang kalem.

Saoooor saooorr! Woi saor saor saor! Saor woiii! Saor, Mak masaaaak!

Mengenangnya saja aku naik darah. Pernah membayangkan seseorang yang tak kenal nada tapi belajar nyanyi rock? Dengan mik di mulut, yang toa-nya mengarah ke penjuru kampung, mereka secara bergantian berteriak, saoooorrr!

Setiap malam kakak dan Mamakku ngedumel, "Boro-boro pahalo, malah nyakitin hati orang!" kata mereka.

Gimana mau protes jika yang tepat di sebelah masjid tenang-tenang saja. Kami malah sempat merasa aneh sendiri, orang lain kalem kenapa kami yang sibuk.

Adalah yang kemudian menjelaskan. Di masjid-masjid lain, setelah pukul 10 malam, speaker luar dimatikan. Jadi yang tadarus, suaranya hanya akan terdengar di dalam masjid. Terserah mau tadarus sampai kapan.

Itu bukan bentuk ketakutan masjid pada masyarakat kok, justru bentuk penghargaan untuk saling memahami. Terlepas dari agama apa pun yang dianut masyarakat setempat. Toh, aku yang muslim pun keberatan kalau speaker masjid kelewat ugal-ugalan.

Entah kenapa informasi tersebut seolah mentah saja. Tak ada perubahan sedikit pun di masjid itu. Semalaman speaker menyala, yang tadarus usai pukul 1 malam. Baru satu jam suasana hening yang mendukung untuk orang beristirahat, tahu-tahu sudah dikagetkan dengan suara teriakan sahur tak tentu arah.

Akhirnya salah satu tetangga masjid tak tahan juga, seorang ibu memprotes keras kebiasaan para pemuda. Ia mengaku sangat terganggu dengan teriakan-teriakan setiap jam 2 pagi itu.

Sama denganku, ibu ini lebih suka jika mereka, para pemuda itu, berkeliling nyanyi apa kek untuk membangunkan yang sahur. Sampai buka puasa pun tak apa, yang penting tak merusak hati orang di bulan puasa.

Meski sama keinginan, tapi karena beda sikap, beda pula hasilnya. Aku yang mengaku setuju pada ibu itu, hanya dicemberuti. Sedangkan si ibu, disebut kafir oleh mereka. Alamaaak!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun