Salah satu yang teranyar adalah tentang ledakan di hari Jumat tengah Ramadan ini. Mati satu tumbuh seribu, video serupa yang bolak-balik mengangkat isu kerusuhan dan dunia yang tamat tak ada habisnya bermunculan.
Tak hanya di Youtube, versi pendeknya pun ramai di Instagram. Sudah kenyang adsense, bonus endors lagi di IG. Orang pinter emang gampang kayanya.
3. Bodoh
Seorang seleb Tiktok kerap muncul videonya di beberapa akun Instagram yang kuikuti. Awalnya aku merasa iba, sebab cewek yang kayaknya masih muda banget itu nampaknya jadi bahan bully warganet.
Sebelumnya ia sempat menuai simpati karena dianggap korban pansos, tapi kemudian justru jadi korban body shaming oleh warganet.
Kudatangi akun Instagramnya untuk melihat, apa sih yang sudah ia buat. Eh ternyata ... pantas saja orang berbalik dari simpati kepada antipati. Bocah ini setiap unggah video justru bertingkah mempermalukan dirinya sendiri.
Berani taruhan, seiring berjalannya waktu, bertambah usia, akan semakin banyak video lama yang ia hapus karena malu sendiri. Kalau ia tumbuh dalam kewarasan, tentu sudah tutup akun paling lama 10 tahun mendatang.
4. Pamer
Dulu aku termasuk subscriber keluarga superramai ini. Begitu menginspirasi! Tapi belakangan, anak-anak bahkan kularang melihat postingan salah satu (apalagi semua!) dari mereka.
Alasannya, tak ada lagi manfaat yang bisa kupetik. Semua tentang harta, hedonisme yang diumbar sedemikian rupa di tengah masyarakat yang sehari-hari lebih banyak bertemu orang miskin.
Alih-alih bisa bersyukur dengan keadaan, melihat anggota keluarga ini hanya akan membuat anak-anak membayangkan diri mereka punya rumah dengan kolam renang pribadi. Gonta-ganti gawai, atau koleksi kendaraan yang sebenarnya tidak mereka butuhkan.
Mahal-mahal bayar tagihan wifi, malah keracunan konten unfaedah. Rugi dua kali!