Hitungan detik pesanku dijawab. Sebentar saja aku sudah tergabung dalam WAG, diajarinya dari awal sekali sampai aku mengunggulinya dalam hal jumlah follower bahkan penghasilan di platform itu.
Ketika aku ingin ekspansi ke platform lain, kakak itu juga yang kuhubungi. Meski sempat dikalahkan di platform terdahulu, ia tetap mengajariku sedetail-detailnya tentang platform baru ini. Tak kapok ia kukalahkan.
Tapi kali ini aku yang kalah. Tempat baru itu gak asyik menurutku. Ah, bilang aja kalah saing!
Lagi-lagi Laki-laki
Dalam sebuah pertemuan besar kegiatan literasi, aku bertemu salah seorang blogger yang sudah hidup dari hasil blogging. Bahkan satu kamar hotel. Yes, pikirku, dapat guru gratisan.
Kemudian menulis di platform milik orang kupending sejenak. Kubeli domain, membuat blog yang lebih serius. Kuhubungi blogger yang pernah sekamar itu. Ia seniorku juga di sebuah komunitas menulis.
Nanti ya, jawabnya. Mbak sedang sibuk.
Kutunggu saja. Tapi sampai ganti tahun, dia masih sibuk.
Seorang adik di platform lama yang akhirnya mengajariku bagaimana postingan blog kita dikenal Google. Si adik itu laki-laki, jauh dari Jawa sana.
Kemudian oleh si kakak laki-laki yang sempat mengajariku sebelumnya, aku digabungkan ke dalam WAG blogger. Lagi-lagi di sini, yang mengajariku adalah admin yang juga laki-laki.
Rezeki lagi, aku diundang dalam sebuah acara untuk mereview kegiatan, semacam buzzerlah di sebuah hotel. Di sana bertemu seorang kenalan lama yang dulu belajar menulis cerpen padaku. Sekarang ia menjadi CEO sebuah web terkemuka.
Blog yang kawan lamaku kelola ini sudah ratusan. Jadi soal SEO, dia sudah lebih dari paham. Setiap hari jika aku mentok, tinggal kuwapri dia. Dan dengan segera ia menjawab. Dia juga laki-laki!
