"Yang paling kubenci dari ibuku adalah kebiasaannya mengarang cerita." Kambing jantan itu duduk di sebelahmu. Kau tengah mengaso di bawah pohon melinjo.
"Kau pun begitu," katamu langsung.
"Semua yang kuceritakan padamu itu benar, tidak ada bohongnya sedikit pun."
"Lalu di mana keluargamu sekarang?"
"Ada di sana." Kambing itu menunjuk satu arah dengan moncongnya.
"Kenapa tak kembali ke sana? Pasti kau aman dari kurban."
"Aku juga dari sana, dijual oleh ibuku sendiri."
"Kau tak bicara dengan ibumu seperti kau bicara padaku?" kau mengubah posisi dudukmu, agar lebih mudah melihat matanya. Belakangan kau suka memperhatikan mata itu, karena jelas menunjukkan ekspresi. Secara fisik tidak seperti mata manusia, tapi jelas berbeda dengan mata kambing umumnya. Mata itu seperti berbicara lebih dalam. Â