Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Akibat Berguru pada Google

18 November 2019   17:41 Diperbarui: 20 November 2019   22:04 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang khas dari milenial? Smartphone, internet, dan freelance! Tanya sendiri jawab sendiri. Kalau jawab ramai-ramai lama nunggunya.

Entah karena milenial, introvert, atau termasuk kaum rebahan, aku memilih jadi freelancer. Kerja dari rumah, gak panas-panasan, gak ngejar-ngejar cuci gosok seragam, nulis ini dan itu yang disukai. Kaya? Ya nggaklah~

Kerja dari hobi itu keinginan semua orang, istilah kunonya "bisa enjoy". Jadi, selain menulis artikel pesanan orang dan mengisi konten di beberapa platform, aku juga sesekali jadi pemburu lomba. 

Terutama lomba cerpen, karena aku merasa mahir di situ. Asli, ini cuma klaim! Nyatanya banyak kalah dari menangnya. Uwow!

Belum lama ini, ada lomba penulisan naskah drama yang diadakan oleh Taman Budaya. Karena masih bau-bau kepenulisan, jadi kuikuti. 

Sekadar menjawab penasaran. Dengan sedikit keinsafan, kucari juga referensi tentang naskah drama di dua atau tiga hari menjelang batas akhir pengiriman.

Senjata milenial dikeluarkan Google!

Dengan kata kunci "cara menulis naskah drama", "naskah drama pemenang lomba", dan "contoh naskah drama pemenang sayembara", aku belajar autodidak. Lalu, dalam beberapa jam, jadilah satu naskah drama sepanjang 15 halaman.

Tahu sendiri sih, paling juga gak menang. Tapi namanya mencoba, kan gak bayar. Eh banyak ding, lomba menulis berbayar. Dan aku gak bakal ikut. Eman-eman. 

Biasanya lomba berbayar hanya diadakan oleh lembaga receh. Jahaaat! Atau yang gratis tapi syaratnya follow ini, mention itu, share ke minimal sekian grup, ss buktinya, kasih hestek, pasang poster. Apalagi yang ini: pemenang ditentukan oleh vote. Gak bakal ikut!

Balik ke naskah drama. Hasil belajar dari Google kuperlihatkan kepada keponakan yang mahasiswa Fakultas Ilmu Bahasa. Dia bilang bagus. Lebih bagus dari karya dia dan kawan-kawannya. 

Dia juga cerita bahwa dosennya mencela naskah yang masuk karena dianggap jelek. Aku agak berbunga.

Dengan sedikit perbaikan berdasarkan informasi dari keponakan, akhirnya naskah drama yang kubuat kuantarlah ke panitia lomba. 

Sampai di sana, aku semringah dalam hati (entah bagaimana caranya). Aku orang kesembilan yang ikut lomba, sedangkan yang dijaring adalah 10 naskah. Artinya saingan sedikit!

Besoknya panitia lomba memasukkanku ke WAG, isinya hanya beberapa orang. Ketika kutanya keponakan, katanya itu adalah teman-teman kampusnya. 

Tapi, seiring berjalannya waktu, beranjak jam bertambah pula anggota grup. Hingga di hari terakhir, isi grup membludak. Dan yang masuk kemudian adalah orang-orang yang namanya kukenal sebagai orang teater. Pupuslah harapan.

Tak ada hubungan dengan ramal meramal, tapi aku sudah tahu gak bakal menang, dan yakin siapa yang juara. 

Semua dugaanku benar. Nama para juara tepat seperti prasangkaku, sedangkan naskahku gak masuk bahkan sekadar nominasi.

Yang bikin sebal. Setelah proses pembuatan naskah tuntas, baru keponakan cerita banyak tentang omelan dosennya yang merupakan salah satu juri lomba (kalau aku pribadi, setiap jadi juri gak pernah cerita-cerita, sampai lomba itu selesai dan mendapatkan pemenang).

Dari situ aku tahu kalau naskah drama tidak boleh berlatar banyak, batasi jumlah properti yang dibutuhkan untuk pementasan, dll. 

Padahal, rasanya kemarin sudah merasa paham sekali setelah kelayapan di belantara internet, dengan pemandu yang pintar segalanya --Google. Ditambah pujian ngawur keponakan yang baru kemarin nyemplung ke dunia sastra.

Ah sudahlah. Menang kalah itu biasa. Yang penting tetap dapat pengalaman dan ilmu baru. Ada hikmah besar yang kudapat dari lomba ini; jangan beriman pada Google! 

Belajar itu butuh proses, butuh guru yang nyata, dan jangan kebiasaan ikut lomba di ujung waktu!

Dasar milenial, maunya instan. Kapok, kan?

Nggak, dong! Ada lomba lagi, ya ikut lagi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun