sambungan dari KJI bagian 2
"Mana ada kambing memenangkan hati perempuan," jawabmu sambil terkekeh.
"Waktu aku masih manusia, aku sama sekali tidak tampan. Tapi tubuhku terawat. Aku tak pernah kepanasan, tak pernah bau, dan tak pernah bokek. Perempuan tak perhatian dengan hidung yang bengkok atau bibir yang dower. Semua aib tertutupi jika dompetmu tebal. Percayalah padaku!"
"Tidak usah kauberi tahu, aku pun paham itu."
"Lalu tunggu apa lagi? Bekerjalah di tempat yang lebih menghasilkan banyak uang. Bersihkan badanmu. Ototmu sudah bagus, tinggal wajahmu saja yang perlu divermak. Seperti ayahmu."
"Ayahku?"
Kambing itu mengembik, menggigiti apa saja yang ada di dekatnya. Begitulah Nur jika ia mulai terdesak, kembali menjadi kambing.
"Hei, tadi kau bilang ayahmu?"
"Iya, seperti yang pernah kau bilang. Ibumu cantik. Jadi aku menebak ayahmu jelek, makanya tampangmu begitu."
Dahimu mengernyit. "Aku tidak pernah bilang padamu bahwa ibuku cantik."
"Pernah," tukasnya,