Kalau menjedotkan kepala ke dinding gak bikin pusing, aku pasti sudah lakukan itu! Yang beli HP siapa, yang beli kuota siapa, kok bisa kalah berkuasa. Kalian menggemaskan!
Kuharap ini bukan sebuah kesombongan (menurut hadis, sombong itu tidak menerima kebenaran dan menganggap rendah orang lain). Bagiku merendah-rendah di depan anak adalah sebuah kebodohan yang super.
Kalimat "Anak lebih pintar dari kita soal teknologi" sering diucapkan orangtua di depan anak-anaknya.Â
Bagiku, ini seperti sugesti. "Berbuatlah, Nak! Emak Bapakmu gak ngerti apa-apa!" yang benar-benar membuat anak itu merasa lebih pandai dan akhirnya memang pandai betulan, lalu mengelabui orangtuanya yang tidak tahu apa-apa.
Aku sendiri pernah alami ini. Ketika si sulung masih di Kelompok Bermain. Ia bernyanyi di rumah, kemudian lupa lirik. Aku yang gak doyan nyanyi menyambung lagu anak itu asal-asalan dan mengakui kalau tidak tahu. Maksudku, ya jujur, aku nggak tahu. Tapi apa yang terjadi?
Untuk selanjutnya anakku menganggap emaknya gak tahu apa-apa soal sekolah! Gak salah-salah amat sih. Tapi kalau dituruti, dia akan lebih percaya gurunya daripada orangtua. Dan itu gak boleh terjadi.
Balik ke teknologi. Anakku pun suka HP. Siapa sih yang tak tertarik dengan HP? Dari generasi Y sampai alfa, HP dengan internetnya adalah kebutuhan.Â
Tapi kita yang berakal tetap lebih berkuasa dari benda itu. Dan anak-anak yang untuk dapat jajan saja masih menadah pada orangtua, bagaimana bisa lebih berkuasa terhadap gawai orangtuanya? Â
Dari soal trending Youtube, HP terbaru, hingga kepolosan orangtua. Hikmah apa yang bisa diambil dari artikel ini? Â