Mohon tunggu...
suray an
suray an Mohon Tunggu... Guru - A Daddy of Two

Currently residing in Jogja. Loves traveling, watching movies, listening to music. Carpe Diem: a motivation to enjoy even trivialities in life.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kala Sang Imam pun [............] Smartphone

26 Juni 2019   09:52 Diperbarui: 20 Juni 2020   19:06 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mulai dari takbir demi takbir hingga bacaan Al-Fatihah, suara sang Imam bergetar. Dia sesenggukan. Sang Imam tak kuasa menahan tangisnya di tengah-tengah usahanya menyelesaikan bacaan-bacaannya. Jika biasanya, seorang Imam akan menangis saat membaca sebuah surah karena dia memang menghayati isi bacaannya, namun kali itu sungguh berbeda. Sang Imam menangisi mengapa sholat yang seharusnya khusyuk dan syahdu, terlebih sholat berjamaah di Rumah Allah pada hari Fitri yang datang sekali setahun itu........diusik oleh ketidakpekaan jamaahnya sendiri.**

Dugaan sepele yang muncul di benakku (bahkan saat saya sholat!!!!! ) adalah ibu itu sengaja bertindak begitu agar anaknya diam selama sholat berlangsung. Inilah kejadian maha dahsyat yang mematahkan kepercayaanku terhadap masih adanya atau dipegang teguhnya unggah-ungguh, kepekaan sosial, serta etika dan tata cara sholat yang sudah berkali-kali didengung-gaungkan di mana pun. Entah ibu itu sering ikut pengajian atau tidak, pernah belajar atau tidak, yang pasti.....membiarkan anaknya bermain-main hape untuk mendiamkannya selama sholat adalah suatu perbuatan yang tak bisa dipahami secara nalar atau secara apa pun. No. That is not right. Itu salah dalam segala level.

Satu hal yang pasti, begitu mendekati ruku, sujud hingga tahiyat akhir, suara game/lagu yang dimainkan anak itu tak berhenti. Hingga ketika salamlah, seketika itu pula suara itu hilang. Mungkin hape itu baru dimatikan sang Ibu atau siapa di sampingnya!

MY BIGGEST QUESTION was that......yang bikin hati ini geram, marah, emosi, gak habis pikir setiap kali mengingat kejadian itu adalah.....mengapa sang Ibu atau mungkin orang di sekitarnya tidak mencoba memberikan teguran atau mengambil hape dari tangan anak itu atau sekalian saja mematikan hape dari anak itu. Tak ada yang melakukan. Atau, lebih tepatnya: TIDAK dilakukan oleh ibu atau entah kakaknya atau siapa yang berada di sampingnya. Tak tahukah beliau bahwa mematikan hape yang bergetar atau bordering itu justru dianjurkan bahkan selama sholat demi kekhusyukan sholat. Apalagi itu adalah sholat sunnah. Berjamaah lagi.

Astaghfirullah hal adzim  Ampunilah dosa-dosaku Ya Allah karena mengingat kejadian itu dan menceritakan lagi di sini.

Bukan bermaksud apa-apa selain untuk berbagi agar kejadian seperti ini semakin sedikit jumlahnya.

Yang pasti: jika saya bisa menceritakan ulang kisah ini, berarti saya tak kyusuk saat itu.

Oh Noooo. Harus kuakui. How could I? I tried...but I failed. 

Yang kuingat dari sholat Ied itu adalah bagaimana the whole thing was unfolding.

Entah bagaimana jamaah yang lain. Apakah mereka juga merasakan campur-aduk batin (emosi, marah, upaya sabar-sabarin diri) selama itu? Saya tak berani bilang iya, karena pasti banyak orang yang bisa tetap khusyuk terlepas gangguan apa pun.

Namun, sang Imam pun tak berkutik karena smartphone. Itulah isi titik-titik judul ocehan saya kali ini. Kala Sang Imam Pun tak berkutik, terganggu (karena) smartphone.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun