Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Artikel Utama

ChatGPT dan Nasihat Finansial yang Rasional

13 Maret 2023   20:21 Diperbarui: 15 Maret 2023   08:10 1571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ChatGPT (Mobilesyrup via Kompas.com)

lalu ditutup dengan kalimat "Ingatlah bahwa kekayaan bukanlah segalanya dan kesuksesan yang sejati adalah memperoleh keseimbangan antara kekayaan, kesehatan, dan kebahagiaan". Terdengar cerdas dan bijaksana, bukan?

Saya belum puas. Lalu saya mengajukan beberapa pertanyaan lagi dan lebih spesifik. Mulai dari pertanyaan, Apa itu investasi? Apa itu saham? Apa itu bitcoin? dan seterusnya. Semua pertanyaan itu bisa dijawab dengan lugas dan lengkap. Jawaban yang diberikan persis sama dengan yang sering disampaikan para ahli finansial.

Keisengan saya kembali muncul. Saya menuliskan, "berikan rekomendasi saham yang akan naik tinggi". 

ChatGPT menjawab, "Sebagai AI, saya tidak dapat memberikan rekomendasi saham yang akan naik tinggi karena investasi saham sangatlah kompleks dan ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja suatu saham di masa depan, seperti kondisi pasar, situasi politik dan ekonomi, serta kinerja perusahaan"

Selanjutnya ia banyak "menceramahi" saya agar melakukan riset, analisis, dan evaluasi sendiri secara mendalam untuk menemukan perusahaan yang bagus dan berpotensi bertumbuh.

Sangat rasional

Dari keisengan di atas sebenarnya ada pembelajaran penting yang bisa diambil. Seringkali dalam mengambil keputusan penting terkait keuangan, manusia sering hilang kesadaran dan cenderung mengikuti sisi emosionalnya saja. Manusia sering tidak rasional.

Sebagai buktinya, kasus penipuan berkedok investasi dengan iming-iming untung cepat seakan tidak pernah berhenti. Banyak yang sudah menjadi korban, namun sepertinya masih banyak juga "calon korban" yang antri karena didorong rasa penasaran.

Secara akal sehat sulit dipahami ada orang yang dengan lugu dan yakin ada orang lain yang punya kekuatan istimewa mampu menggandakan uang. Lalu dengan sadar, ia memberikan uangnya.

Padahal logika waras saja, bila benar-benar nyata ada yang punya kekuatan itu, untuk apa ia harus repot-repot "berpraktik" dan mengajak orang lain? Bukankah ia bisa menikmati hidupnya sendiri sambil menggandakan uang sebanyak yang ia mau dan perlukan?

Manusia juga sering mengabaikan nasihat bijaksana tentang keuangan yang sudah ada sejak turun temurun misalnya "hemat pangkal kaya, boros pangkal miskin". Seolah-olah nasihat itu sudah tidak relevan lagi di zaman sekarang. Sikap disiplin, tekun, dan sabar sudah tergantikan oleh sikap terburu-buru yang ingin cepat kaya atau kaya mendadak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun