Kita juga pasti tahu bahwa perseteruan penggemar dan pembenci Ahok sepertinya selalu abadi. Apa saja isu/berita yang bersinggungan dengan Ahok sudah pasti menjadi "bahan perang" bagi mereka. Pendukung pasti akan membela habis-habisan dan pembenci juga akan terus mencari celah kelemahan dan kesalahan Ahok.
Saat Pertamina dilaporkan merugi sampai Rp 11 triliun, kecaman bahkan hujatan langsung berdatangan "menyerbu" Ahok. Ucapan Ahok yang pernah mengatakan menjadikan Pertamina sebagai perusahaan yang selalu mencetak untung adalah pekerjaan mudah, langsung menjadi bahan olok-olok. Desakan agar Ahok mundur dari jabatannya karena dituding tidak kompeten, juga terus berdatangan.
Tapi buat saya, kinerja apik Pertamina ini sekali lagi sungguh patut diapresiasi. Kalau ada yang ingin mengatakan ini sebagai Ahok Effect, saya setuju-setuju saja walaupun pastinya tidak seratus persen. Keberhasilan Pertamina merupakan buah manis dari kerja bersama, mulai dari Direksi, Komisaris, dan seluruh pihak yang terkait. Dari level tertinggi sampai terendah.
Ahok sendiri sebagaimana dikutip salah satu media mengatakan bahwa kinerja apik ini merupakan hasil kerja sama yang baik antara Dewan Direksi dan Dewan Komisaris. Ahok juga mengucapkan terima kasih kepada Dewan Direksi atas kerja keras yang membuat perusahaan mencetak laba.
"Berterima kasih kepada Dewan Direksi yang bekerja sama dengan baik dengan Dekom dalam melakukan penghematan di masa pandemi seperti ini," katanya.
Dengan demikian, seberapa besar pengaruh Ahok terhadap kinerja Pertamina saat ini, buat saya jelas tidak terlalu penting dibahas.
Yang pasti publik memang selalu menanti-nantikan capaian prestasi dari perusahaan-perusahaan milik negara, khususnya. Terlalu lama dan sudah bosan rasanya kita mendengar selentingan isu bahwa perusahaan milik negara (BUMN) merupakan sarangnya korupsi, hobi merugi dan "sapi perah" para politisi. Â Â
***
Jambi, 4 Februari 2021