Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Berinvestasi dan Keharusan Berpikir Mandiri

2 Agustus 2020   00:38 Diperbarui: 2 Agustus 2020   08:47 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (gambar: shutterstock via idxchannel.com)

Saya memaknai investasi sebagai jalan/upaya terbaik untuk mempersiapkan tujuan jangka panjang. Dengan berinvestasi, kita bisa menyimpan bahkan melipatgandakan harta atau uang yang kita miliki.

Hasil paling minimal, uang yang kita miliki tidak akan menurun nilainya "dimakan" inflasi karena ada imbal hasil yang didapatkan. Berbeda bila misalnya uang yang kita punya hanya ditabung, didiamkan di bank. Semakin lama, nilainya akan semakin tergerus. Menabung di bank memang tidak bisa dikategorikan sebagai investasi.

Dalam dunia investasi ada istilah "high risk, high return", bila menginginkan imbal hasil yang tinggi, bersiaplah menghadapi risiko yang tinggi. Begitu pula sebaliknya. Ada jenis investasi yang imbal hasilnya tidak terlalu tinggi, tetapi risikonya pun nyaris nihil.

Deposito, obligasi, surat berharga lainnya masuk dalam kategori investasi yang minim risiko. Imbal hasil yang akan didapatkan sudah pasti dan bisa dihitung bahkan sejak awal.

Sementara investasi saham bisa disebut sebagai investasi yang berisiko tinggi. Meskipun tentu saja, imbal hasil yang didapatkan bukan hanya puluhan melainkan bisa sampai ratusan bahkan ribuan persen.

Salah satu investor saham tersukses di tanah air bernama Lo Kheng Hong sudah membuktikan. Bukan hanya sekali, tetapi sudah berkali-kali. Ia bahkan pernah mencatatkan rekor memperoleh keuntungan sampai 12.500 persen dari salah satu saham perusahaan yang dimilikinya. Nilai investasinya saat ini diperkirakan sudah mencapai triliunan rupiah. Dalam beberapa kesempatan Lo Kheng Hong berkali-kali mengatakan, bila ingin kaya maka investasi saham "the best choice". 

Harus diakui, jumlah orang yang sukses dalam berinvestasi saham memang masih kalah bila dibandingkan mereka yang menuai kegagalan. Indikasinya, masih banyak yang alergi mendengar kata "saham". Istilah "main saham" yang berkonotasi negatif bahkan jauh lebih populer dibandingkan "nabung/investasi saham". Ada lagi yang masih sangat yakin mengatakan saham itu judi. 

Masih kurangnya pemahaman publik tentang investasi saham memang masih menjadi kendala besar bagi industri pasar modal di tanah air. Data yang ada menunjukkan, jumlah investor lokal yang sudah tercatat namanya di bursa, masih pada kisaran satu persen. Berbeda jauh dengan jumlah investor lokal di negara-negara tetangga.      

Banyak kasus

Saya yakin, ketakutan orang untuk terjun ke dunia investasi saham kian menjadi-jadi saat tersiar kabar tentang sejumlah orang yang mengaku sudah kehilangan banyak uang lantaran menggunakan jasa Jouska untuk mengelola dana investasi mereka. Ini bukan yang pertama kali terjadi.

Beberapa waktu sebelumnya publik juga heboh dengan kasus asuransi Jiwasraya dan Asabri. Perusahaan milik pemerintah ini diklaim sudah tidak berdaya lagi untuk melunasi kewajibannya pada nasabah. Usut punya usut, perusahaan ini menderita kerugian yang sangat besar karena salah menempatkan dana yang mereka kelola dengan membeli saham-saham perusahaan yang tidak sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun