Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana dan Pentingnya Belajar dari Pengalaman

20 September 2019   11:32 Diperbarui: 22 September 2019   06:07 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas BPBD Riau sedang memadamkan api di Desa Rimbo Panjang, Riau (Kompas.com/Idon)

Saya juga berpikir bahwa kejadian karhutla yang menyebabkan kabut asap tahun ini seharusnya bisa segera dicegah sedini mungkin. Sebelum titik-titik api mulai bermunculan, kemarau sudah terjadi selama berhari-hari dan tidak ada hujan sama sekali. 

Saya membayangkan bila saat itu sudah mulai dilakukan upaya pembuatan hujan buatan secara intensif, barangkali karhutla yang meluas seperti saat ini sudah bisa dicegah. Itu sepertinya lebih efektif dibandingkan membuat hujan buatan saat sudah terjadi kebakaran dimana-mana.              

Kita pun ikut bahkan kian kesal ketika media melaporkan sikap cuek beberapa kepala daerah yang menjadi lokasi kebakaran. 

Di tengah bencana hebat yang sedang terjadi dan secara nyata sudah membuat sengsara warga, bukannya memimpin langsung upaya-upaya penanganan, mereka dengan santainya justru tega bepergian meninggalkan daerahnya.         

Kita juga gerah dan geram dengan pernyataan blunder dari pejabat publik yang akhirnya kontraproduktif. Contohnya, ada pernyataan bahwa kebakaran hutan yang terjadi hanya heboh di pemberitaan media, namun fakta kenyataannya tidak separah di lapangan. 

Pernyataan seperti ini jelas tidak perlu karena cenderung memantik suasana kian panas dan terkesan menganggap remeh penderitaan yang sedang dialami warga.

Demikian halnya pernyataan bahwa karhutla merupakan musibah yang harus diterima dengan ikhlas. Peristiwa kebakaran hutan dan lahan merupakan wujud kegagalan kita mengelola alam. 

Kepala BNPB mengatakan, bencana karhutla 99 persen terjadi akibat ulah manusia. Lalu, kita disarankan sekadar ikhlas dengan kenyataan ini?   

Motif peristiwa karhutla sebenarnya sudah bisa dibaca karena itu terjadi secara berulang. Diawali musim kemarau yang cukup panjang, sebagian orang lalu memanfaatkannya untuk melakukan pembakaran/pembersihan lahan. Cara ini memang sangat cepat, mudah dan murah.

Lalu, untuk apa lahan tersebut dibakar? Almarhum Sutopo Purwo Nugroho pernah mengungkapkan keresahannya terhadap peristiwa karhutla di Palangkaraya dan mensinyalir aktivitas tersebut disengaja demi sebuah kepentingan lain, salah satunya untuk perkebunan sawit.

Dikutip dari Mongabay, ada alasan tersendiri mengapa hutan dan lahan dibakar dengan tujuan untuk membuka kebun sawit---tepat seperti yang dikeluhkan oleh Pak Sutopo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun