Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Bola

Keturunan Tionghoa dan Sepak Bola Indonesia

13 Maret 2018   00:43 Diperbarui: 13 Maret 2018   01:33 8080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Foto: Metrotvnews.com)

Nuansa diskriminasi kemudian kian meningkat di tanah air. Terjadi konflik etnis Dayak dan keturunan Tionghoa di Kalimantan Barat (1959) dan kerusuhan anti Tionghoa di Bandung (1963).

Bukan suatu kebetulan pula jika salah satu pemain keturunan Tionghoa terbaik kita yaitu Taan Liong Houw harus mengubah nama menjadi L.H, Tanoto setelah tahun 1958.

Periode 1960-1970-an menandai lenyapnya keterlibatan pemain-pemain keturunan Tionghoa dalam sepakbola nasional. Sebagian mantan pemain hebat itu membina klub dan sebagian memilih menyepi ke kota kelahirannya.

Dari fakta sejarah diatas, kita belajar bahwa sepakbola merupakan olahraga yang demokratis dan inklusif. Ia bisa menjadi alat pemersatu seluruh anak bangsa tanpa pernah mempersoalkan garis keturunan "pribumi" atau "non pribumi".

Di berbagai belahan dunia, sepakbola bahkan bisa menjadi alat politik menentang rasisme. Sementara di Indonesia dalam beberapa dekade terakhir, kondisi sosial politik yang carut marut turut berkontribusi membuat persepakbolaan kita belum bisa beranjak ke arah yang lebih baik.       

Jambi, 13 Maret 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun