Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ada Nama Prabowo Subianto di Paradise Papers

6 November 2017   21:40 Diperbarui: 6 November 2017   21:55 2398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo Subianto (Foto:Kompas.com)

Sebuah dokumen yang disebut Paradise Papers terungkap ke publik dan dianggap salah satu kebocoran informasi yang terbesar dalam sejarah karena melibatkan aset luar negeri dari politisi dan perusahaan terkemuka, serta beberapa individu dan selebriti terkaya di dunia.

Dokumen ini mengungkap data keuangan orang-orang kaya di seluruh dunia yang menanamkan investasi di luar negeri untuk mendapat pajak rendah. Paradise Papers mirip dengan sebuah dokumen yang bocor tahun lalu yang dikenal dengan Panama Papers yang sempat membuat geger publik internasional. Panama Papers yang dirilis April 2016, bahkan menelan "korban" yaitu Perdana Menteri Islandia yang harus mengundurkan diri di tengah demonstrasi dan kontroversi di sekitarnya.

Dokumen Paradise Papers sendiri memuat banyak nama elite dunia mulai dari Ratu Elizabeth II, Sekretaris Perdagangan Donald Trump Wilbur Ross, Bono (vokalis U2), Madonna, Justin Trudeau (Perdana Menteri Kanada). 

Yang menarik, ada 3 (tiga) nama anggota keluarga mantan presiden Soeharto pun ada di dalam dokumen tersebut. Pertama, Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto). Pemilik dan komisaris utama Humpuss Group, pernah menjadi direktur Asia Market yang terdaftar di Bermuda pada tahun 1997 dan tutup tahun 2000. Kedua, Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek Soeharto). Ketiga, Prabowo Subianto. Pernah menjabat sebagai Direktur dan Wakil Pimpinan Nusantara Energy Resources yang kantornya terdaftar di Bermuda dan ditutup tahun 2004. Perusahaan tersebut juga berada di Singapura dengan nama yang sama. 

Pertanyaannya, seberapa kredibel dokumen Paradise Papers dibandingkan dengan dokumen Panama Papers misalnya. Salah satu anggota pendiri International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) atau Konsorsium Jurnalis Investigatif Andreas Harsono menjelaskan perbedaan keduanya. 

Jutaan file yang bocor (Paradise Papers) ini berasal dari satu perusahaan yaitu Appleby, perusahaan penyedia layanan hukum offshore yang berbasis di Bermuda. Appleby bertindak untuk pembentukan perusahaan di luar negeri, menyediakan struktur yang membantu mengurangi tagihan pajak mereka secara legal atau tanpa pajak sama sekali. Sedangkan Panama Papers sebagian besar berasal dari perusahaan bernama Mossack Fonseca. 

Menurut Andreas, Appleby adalah perusahaan hukum yang tarifnya paling mahal di dunia, termasuk jika dibandingkan dengan Mossack Fonseca. Adapun Mossack Fonseca adalah salah satu firma hukum dan penyedia jasa pengelolaan aset perusahaan yang berlokasi di Panama. Fokus utama dari firma hukum ini adalah perlindungan aset, perencanaan pajak dan properti. Memiliki lebih dari 40 cabang di seluruh dunia, kantor ini dikenal karena terlibat dalam bocoran dokumen surga pajak Panama Papers.

Ihwal masuknya nama Prabowo Subianto dalam dokumen Paradise Papers memang belum dapat diklarifikasi langsung ke yang bersangkutan. Namun, salah satu fungsionaris Partai Gerindra, Fadli Zon sudah langsung mencoba membantahnya. Fadli Zon mengatakan, tak ada kaitan antara Nusantara Energy Resources dengan bosnya.

Namun jejak digital jelas tidak bisa disembunyikan. Pada 2005, Tempo melansir berita yang isinya memeriksa Prabowo sebagai saksi kasus proses pengambilalihan kredit PT Kiani Kertas di Bank Mandiri. Ketika itu Prabowo dipanggil dalam kapasitasnya sebagai Direktur PT.Nusantara Energi. 

Menarik ditunggu perkembangan ke depannya. Yang jelas, ketika Prabowo Subianto tidak mampu memberikan klarifikasi dengan baik terkait namanya yang ada di Paradise Papers, jelas itu bisa merugikannya (termasuk Partai Gerindra) secara elektoral terlebih menjelang tahun politik yang sudah di depan mata. Selama ini, bukankah Prabowo Subianto selalu mencitrakan dirinya sebagai tokoh nasionalis? Di zaman digital saat ini, pencitraan dalam dunia politik itu memang penting, meskipun pada akhirnya track record lah yang lebih penting karena itu tidak akan pernah bisa disembunyikan atau ditutup-tutupi.          

Jambi, 6 November 2017

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun