Mohon tunggu...
Binoto Hutabalian
Binoto Hutabalian Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Penulis di www.sastragorga.org

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bernazar untuk Indonesia Raya

4 November 2020   00:07 Diperbarui: 4 November 2020   00:11 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kemerdekaan ialah cuaca yang paling diidam-idamkankan oleh seluruh makhluk, setiap manusia segala bangsa di muka Bumi. Sebab keterkungkungan dan ketertindasan fisik atau batin sudah sejak lama telah menjadi trauma paling menakutkan bagi siapapun. Baik bentuk penjajahan, penindasan maupun berbagai pembatasan dalam hal kebebasan berbicara ataupun pergerakan langkah manusia.

Negeri kita, Indonesia telah 75 tahun dianugerahi kebebasan itu. Selama itu pula, masing-masing kita warga negara telah mencicipi kemerdekaan lezat dengan cara dan rasa yang berbeda-beda. Dari orang tua lanjut usia hingga usia Balita telah puas merasakan betapa sedap dan nyamannya situasi cuaca berkebebasan itu.

Terbukti semenjak hari kemerdekaan itu, negara kita Republik Indonesia telah nyata melindungi dan menjamin kebebasan itu dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa. Dimana setiap kita warga negara dijamin kebebasan menjalankan ibadah sesuai kepercayaan yang kita anut. Bebas berserikat dan berkumpul. Bebas berekspresi atau menyampaikan pendapat. Serta bebas menjalankan hak-hak politik sebagaimana diatur dan dilindungi dalam undang-undang. Meskipun terkadang kebebasan itu seringkali terciderai oleh berbagai pihak oknum yang tak bertanggung jawab.

Kebebasan itu sangat mahal. Kebebasan bernafas. Kebebasan bersantai di alam terbuka. Kebebasan menikmati waktu senggang bersama teman-teman dan sanak saudara. Terutama kebebasan bersenda-gurau bersama seisi rumah, keluarga.

Diawal Tahun 2020 di bulan kedua Pebruari, negeri kita sontak tersentak mengetahui kabar paling menghentak sepanjang masa. Kabar paling mengerikan yang merembes dan ternyata telah menembus pertahanan pintu-pintu masuk lalu-lintas perbatasan negara kita. Setelah terdeteksi keberadaan virus telah menginfeksi beberapa orang melalui tracking positif dari beberapa orang tamu luar negeri yang entah mungkin lolos dari pemeriksaan di pintu masuk.

Setelah kurang-lebih 2 bulan mewanti-wanti invasi serangan COVID-19 yang saat itu sedang mewabah di kota Wuhan Negeri Tiongkok, meskipun dengan penjagaan dan pemeriksaan sangat ketat di pintu-pintu masuk, menyusul keputusan WHO 11 Maret 2020 perihal Pandemi COVID-19, di Bulan April 2020 pemerintah RI akhirnya mengambil kebijakan tegas mengumumkan kondisi Bencana Nasional Non Alam akibat penyebaran Virus COVID-19. Yang telah memaksa kita harus saling menjaga jarak. Harus saling menjaga berbicara. Harus saling tidak bersalaman. Harus saling tidak berdekapan antara satu dengan seluruh yang kita sayangi. Saat seluruhnya dipaksa menutup mulut dan hidung pakai masker.

Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) akhirnya benar-benar sukses menggemparkan bangsa kita. Republik Indonesia. Virus jenis Corona itu sukses menyita seluruh perhatian dunia. Termasuk kita. COVID-19 akhirnya kembali merenggut kebebasan itu dari diri kita. Dari lingkungan kita. Saat dimana kita diharuskan beribadah di rumah, saat dimana anak-anak sekolah diwajibkan belajar di rumah, saat dimana para pegawai pemerintah maupun swasta dianjurkan Stay at Home. Saat segala pergerakan keluar-masuk kota dan perjalanan yang tak mendesak dihentikan sampai batas waktu yang tak menentu. Saat dimana sendi-sendi ekonomi lumpuh dan benar-benar mencemaskan.

Antara sadar dan seperti mimpi petir di siang bolong, tak seorangpun pernah menyangka Pandemi ini sungguh telah berada di depan mata. Tak satupun yang percaya. Seperti belum mau terima situasi menegangkan itu. Saat dimana setiap orang tak hanya mencemaskan bagaimana cara mencukupi nafkah keluarga. Seluruhnya bahkan kebanyakan lebih mengkhawatirkan bagaimana keselamatan nyawa atau kesehatan anggota keluarganya setiap detiknya. Hidup dalam kewaspadaan dan kecemasan tingkat tinggi itu serasa melebihi penjajahan di masa dulu.

Pandemi itu sungguh telah merengsek menginfeksi dan menginvasi sepenjuru Nusantara. Dengan cepat dan terukur. Dari dua kasus, ke belasan, ratusan, ribuan, puluh ribuan dan telah Empat ratusan ribu kasus per awal Nopember 2020. Dan yang menurut para pengamat ahli telah memasuki fase puncak.

Dengan alasan pasti, kebijakan pemberian berbagai bantuan sosial, pemberlakuan kondisi New Normal dan pengomunikasian informasi kebijakan vaksinasi COVID-19 dalam waktu sesegera mungkin oleh pemerintah telah berhasil mengembalikan kepercayaan serta semangat hidup baru di lapisan masyarakat luas.

Masa New Normal dan jadwal vaksinasi itu telah kembali berhasil menyejukkan hati masyarakat untuk boleh memulai aktifitas masing-masing melalui penerapan protokol kesehatan yang ketat.  Masa New Normal bahkan telah mulai menyuntikkan semangat dan keyakinan baru bagi setiap orang untuk memulai membangun kembali mimpi-mimpi mereka yang sempat buyar. Mimpi-mimpi yang mungkin sempat tertunda. Atau berbagai mimpi yang sempat hancur oleh terjangan badai Pandemi COVID-19 yang hampir setahun penuh telah mengobok-obok situasi sosial, budaya dan ekonomi di negara kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun