Mohon tunggu...
H.Sabir
H.Sabir Mohon Tunggu... Freelancer - Lakum Dinukum Waliyadin

Dunia ini hanya untuk disinggahi dan dinikmati sesekali kita memang akan kedatangan sial, tapi tak akan berlangsung lama tidak ada pesta yang tak usai demikian juga tidak ada badai yang tak reda.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ratusan Anjing Dibunuh dengan Keji di Daerah Ini! Kok Gak Viral?

28 Oktober 2021   18:55 Diperbarui: 28 Oktober 2021   19:05 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah satu minggu ini masyarakat Indonesia dihebohkan dengan berita kematian seekor Anjing yang bernama Canon saat penertiban wisata halal di Aceh.

Kegaduhan berita yang menghiasi layar kaca dan berita-berita mainstream saat ini sedang ramai-ramai mengulas dan mengangkat isu seputar kematian Canon, bak berita penghitungan suara pada Piplres yang diulang-ulang dan di gali dari berbagai sisi pemberitaan dan fakta yang ditemukan.

Seberapa pentingkah kematian seekor hewan yang notabene adalah sesuatu yang tidak terlalu di sukai oleh sebagian masyarakat Indonesia? lebih khususnya di wilayah syariat Aceh sehingga beritanya terus di bollow up pada akhirnya sayapun geregetan.

Seharusnya kita semua memahami bahwa Aceh adalah sebuah daerah istimewa karena syariat agama yang diberlakukan disana. keutuhan toleransi bahkan kepada hewan sekalipun harus kita letakkan pada porsi yang wajar dan tidak selalu menggunakan kacamata yang sama.

Coba anda ke Sulawesi Utara tepatnya di daerah Minahasa, Sangihe dan wilayah-wilayah lain yang masyarakatnya gemar sekali mengkonsumsi daging Anjing peliharaan. 

Di sana untuk menyembelihnya pun dilakukan dengan sangat sadis, pertama-tama anjing yang malang itu di ikat lehernya dengan menggunakan tali yang diberi jarak dengan bambu agar tidak bisa menjangkau penjeratnya, kemudian dimasukan ke dalam karung lalu dikepruk berkali-kali kepalanya menggunakan besi atau balok.

Tapi itu belum seberapa bahkan pada beberapa kasus, si Anjing langsung dibakar hidup-hidup menggunakan semprotan api yang bersuhu tinggi. Tetapi kita tidak pernah meributkan hal itu, bahkan para aktifis-aktifis hewan tidak segetol pada kasus di Aceh dalam menyikapi kejadian tersebut.

Bukan tidak mungkin dengan adanya pemberitaan terus-menerus semacam ini akan menimbulkan dikotomi dalam masyarakat pada cara pandang terhadap saudara kita di Aceh, seharusnya kita harus lebih memahami bahwa tidak semua soalan kita letakkan pada kacamata kuda.

Negara kita adalah Bhineka Tunggal Ika, didalamnya terdapat berbagai kebudayaan, cara pandang dan pedoman hidup beragama yang beraneka ragam. tinggal bagaimana kita menyikapi dan menjalaninya. bukankah pepatah melayu telah mengajarkan kita tentang dimana bumi di pijak disitu langit dijunjung.

Penertiban Anjing-Anjing liar di wilayah Aceh terlebih khusus dengan program wisata halalnya harus kita pahami sebagai sebuah hal yang sepatutnya biasa dan tidak perlu dibesar-besarkan apa terlebih oleh media-media besar. Ini terjadi di Aceh lain halnya jika penertiban semacam itu kita paksakan di daerah Bali atau Manado, lain cerita mayoritas penduduk disana punya anjing peliharaan yang bahkan dikomsumsi secara brutal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun