Mohon tunggu...
H.Sabir
H.Sabir Mohon Tunggu... Freelancer - Lakum Dinukum Waliyadin

Dunia ini hanya untuk disinggahi dan dinikmati sesekali kita memang akan kedatangan sial, tapi tak akan berlangsung lama tidak ada pesta yang tak usai demikian juga tidak ada badai yang tak reda.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sampah Visual Tuan Putri Menyebar di Seluruh Negeri !

5 Agustus 2021   15:10 Diperbarui: 5 Agustus 2021   15:22 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar : H.Sabir

Pagi-pagi sekali saya berangkat menuju tempat kerja, tepat di sebuah lampu merah persimpangan Jalan di bilangan jakarta selatan terpampang sebuah baliho yang cukup menyita perhatianku.

Untuk beberapa detik penulis mencoba mencari pesan yang tersirat pada baliho berukuran cukup besar itu, sambil terus menyetir sepanjang jalan,  begitu samar memang dan hanya dapat ditangkap oleh beberapa orang yang berfikiran filsafat atau punya naluri politik yang kuat. Tentu arahnya 2024 bukan?  

Apapun maksud dari menyebarnya ribuan mungkin baliho-baliho raksasa itu,  Mungkin masih malu-malu atau sekedar cek ombak, yang pastinya biaya untuk kampanye baliho itu tidaklah kecil. untuk ukuran 4x6 meter saja membutuhkan biaya cetak sekitar 600 ribu, diluar ongkos relawan yang berjibaku memasang baliho tersebut di tengah malam buta saat orang sedang tertidur lelap,  Miliaran tentunya biayanya!

Narasi yang  samar, filosofis dan sedikit membingungkan rakyat biasa.  Seorang tokoh politik yang cukup vokal berseberangan bahkan sudah menemukan celah khusus untuk mengoreksi metode kampanye yang digunakan mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia. Meskipun ramai-ramai  di counter attack oleh para pendukungnya, yang jelas sudah menimbulkan kegaduhan tersendiri dalam tata bahasa dan membutuhkan penjelasan lebih detil dan bisa diterima masyarakat luas.

Mata publik di negeri ini sudah terlalu lama terpapar polusi sampah visual, apalagi semenjak pandemi datang, untungnya tidak terjadi pada saat Pilkada serentak pemilihan anggota DPR, bisa dibayangkan polusi mata sampah visual yang akan memapari dan menyebabkan polusi mata publik. 

Alih-alih menggunakan biaya baliho untuk kampanye protokol kesehatan mungkin yang lebih tepat dibutuhkan saat ini. lebih baik pemilihan kalimatnya tentang ajakan taat protokol kesehatan dan menggalakan vaksinasi masal buat masyarakat indonesia lebih urgensi. Bukankah pemilihan presiden masih 2 tahun lagi. Bebas mah..Sultana bebas..hehehe..

Hanya dalam waktu 0,48 detik pencarian ku di laman google dengan mengetik baliho si anu..sudah mencapai 1.140.000 hasilnya!, fantastis bukan?, strategi kampanye yang cukup membuat hingar bingar di republik ini. lepas dari pro dan kontra yang mengiringinya, yang pasti baliho-baliho raksasa tersebut sukses menyita perhatian publik dan politisi negeri ini.

Apapun  Balihonya minumnya  Teh Susu..eh salah, pesannya Teh Capres !. kita semua sudah paham kok, rakyat negeri ini sudah cukup terdidik dengan pola-pola pesan terselubung meski berbalut nuansa baik dan bijak. semua sudah tahu muaranya ke mana dan untuk siapa. 

Ruang pikir dan ruang mata kita semakin hari semakin polutan akan radiasi politik yang dipancarkan dari sampah-sampah visual di segala tempat dan media. Namun kita jangan lantas muak ataupun tega mengotori media-media tersebut yang notabene ada biaya dibalik pemasangannya, entah itu uang pribadi, ongkos rakyat, dana abadi atau gaji pejabat, atau bahkan promosi sponsor yang dicawe-cawein kalangan orang berduit negeri ini. entahlah..

Ada kalanya penulis berpikir  pajak reklame  pemasangan baliho-baliho raksasa yang mengotori ruang publik tersebut, apakah juga dibebankan negara sama dengan pemasangan-pemasangan media kampanye dan promosi suatu produk dan jasa?. jika dikenakan berarti bertambah besar pula ongkos Baliho sang Puan dan cukup memakan biaya besar, jangan-jangan gratis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun