Mohon tunggu...
H.Sabir
H.Sabir Mohon Tunggu... Freelancer - Lakum Dinukum Waliyadin

Dunia ini hanya untuk disinggahi dan dinikmati sesekali kita memang akan kedatangan sial, tapi tak akan berlangsung lama tidak ada pesta yang tak usai demikian juga tidak ada badai yang tak reda.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

"Harga Teman", Komponen Harga yang Masih Misteri hingga Kini

20 Juli 2021   23:29 Diperbarui: 23 Juli 2021   16:15 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi meminta harga teman. Sumber: Thinkstock via Kompas.com

Kebanyakan kita pasti pernah menemukan kalimat ini; 'Harga Teman" masih kerabat dari kata "Harga Sodara", sebuah komponen harga yang sangat akrab di telinga para pebisnis maupun penjual jasa. 

Penulis sendiri sudah berkawan lama dengan si "Harga Teman" profesinya sebagai desain grafis tak jarang bersinggungan dengan beberapa project yang datang dari pertemanan. 

Ddalam situasi ini proses penentuan harga kita menjadi sesuatu yang paling berat, bahkan jauh lebih berat dari merevisi bolak-balik kerjaan teman yang seperti tak kunjung selesai koreksinya.

Kedekatan emosional dan keakraban membuat proses negosiasi kadang alot dan sungkan serta malu-malu, antara kedua belah pihak susah untuk menegosiasikan harga yang sebenarnya. tetapi daripada tidak dibayar sama sekali, ada akhirnya kebanyakan penjual  yang selalu sering dirugikan.

Suatu hari saya mendapatkan sebuah proyek dari sahabat untuk pembuatan logo usahanya. Nah ini dia pikirku PR yang paling berat, karena pembuatan logo mempunyai tingkat kesulitan tersendiri yang harusnya berbiaya mahal.

Bayangkan saja mulai dari riset kecil-kecilan tentang filosofis logo, warna, kompetitor dan belum lagi menghadapi keinginan teman yang kadang susah untuk diterjemahkan dalam proses braimstorming. 

Entah kenapa di banyak kasus pada akhirnya saya selalu harus mengalah dengan harga yang dibayarkan, bahkan pernah saya dibayar sekali untuk tiga project sekaligus benar-benar kejam hahaha..

Sebenarnya menurut saya sah-sah saja minta diskon untuk harga sebuah pertemanan yang telah terjalin, tetapi terkadang ada beberapa tipe "Harga Teman" yang berlaku di kehidupan.

Pertama adalah saya niat membeli karena bantu menglarisi dagangan teman, beli karena kashian dan ada pula yang niat beli karena kepo, yang terakhir adalah  beli karena sudah survei harga ke mana-mana dan ingin mendapatkan harga termurah dari hubungan pertemanan..ini yang paling sial menurutku..hehe..

Bagi Pembeli "Harga Teman" adalah iseng-iseng berhadiah, sedangkan bagi penjual "Harga teman" adalah harap-harap cemas. 

Saya pribadi saat masih bekerja kantoran sering beli dagangan teman sekantor, entah itu kue, baju atau apapun yang dibawa teman selagi masih sanggup di kantong saya selalu mengusahakan untuk membeli. walau kadang barang itu tidak terlalu saya inginkan dengan niatan yang diawal tadi "ingin menglarisi dagangan teman".

Sebagai Desain Grafis "Harga Teman" adalah sosok yang sangat misterius bagi kami, kadangkala dapat job dari teman yang lumayan mengerti dengan profesi kami dan tak jarang pula mendapatkan job dari teman yang menyepelekan kerja kami. Hingga pada suatu kasus penulis pernah berdebat dengan seorang teman hanya karena harga yang saya ajukan dinilai terlalu mahal dan berlebihan.

Saat itu sang teman minta dibuatkan logo untuk bisnis  yang sedang dia bangun, pengerjaan Logonya memakan waktu sekitar dua hari mulai dari riset kecil-kecilan, mengintip kompetitor dan memilah logo sejenis di jejak-jejak digital media penyedia logo gratisan agar tidak sama dan orisinal.

The Value of A True Friend / The Odyssey
The Value of A True Friend / The Odyssey

Hingga pada akhirnya sang teman sedikit berdebat denganku, pada kasus ini saya agak berhati-hati karena salah sedikit putuslah hubugan pertemanan kami. akhirnya saya bilang saja agar logo itu tidak usah dibayar saja dan anggap saja itu adalah hadiah pertemanan kami. yah..anggap kata bantu teman. Tapi temanku ini tetap ngotot untuk minta disebutkan harganya. 

Akhirnya dengan bijak saya katakan jika saya meminta harga standar maka akan terasa mahal bagimu, tetapi bila saya menuruti penawaran harga darimu maka itu akan sama saja mengecilkan profesiku. Hingga pada akhirnya tidak ada kesepakatan yang kami capai lalu rusaklah hubungan pertemanan kami.

Belajar dari kasus itu setiap teman yang datang meminta dibuatkan sesuatu sesuai profesiku, maka aku mengiklaskan saja beraa bayaran yang menurutnya pantas untuk profesiku, sambil menyuruhnya untuk browsing ke penyedia-penyedia konten grafis berbayar dan kami mengambil setengah dari harga yang tersedia disana.

Pelajaran yang bijak dari sebuah "Harga Teman" bahwa ada harga yang harus kita bayar mahal yakni pengorbanan ketika harga yang kita tawarkan tidak mendapatkan bayaran yang sepadan. pada kasus-kasus berikutnya saya selalu menyertakan teman yang bukan teman dari temanku itu. agar dia merasa sungkan bahwa saya tidak sendirian, bahwa ada tim disana yang bukanlah temannya dan harus dibayar secara profesional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun