Mohon tunggu...
Rismayanti Priyanita
Rismayanti Priyanita Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Senang belajar membaca, meneliti, dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mengapa Saya Memilih Bertani?

21 Desember 2018   15:01 Diperbarui: 21 Desember 2018   15:08 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Tahun 2017 adalah tahun dimana saya mulai tertarik untuk belajar bertani dengan lebih serius. Jujur saja, meski saya lahir di desa, itu tidak serta merta membuat saya langsung mengenal dan memahami bagaimana caranya menanam atau bertani. Bertani nampaknya sama sekali tidak dianggap sebagai sebuah aktifitas yang menarik apalagi penting. Sehingga tidak heran jika di lingkungan sekolah sekalipun aktifitas ini nyaris tidak pernah diperkenalkan atau diajarkan kepada anak didik.

Saya sendiri mulai menyadari pentingnya menanam itu ketika melihat kenyataan bahwa semakin membanjirnya produk produk makanan pabrikan seperti makanan instan atau junk food di sekitar kita termasuk di pelosok pelosok desa.

Sayangnya lagi makanan sehat seperti buah dan sayur yang tersedia hari inipun pada kenyataannya banyak yang ditanam tidak secara organik sehingga tentu saja pengaruh zat zat kimia seperti pestisida dan herbisida akan membahayakan dan merusak kesehatan tubuh kita.

Tak heran, hari ini banyak orang yang menderita penyakit degeneratif seperti kanker, diabetes, jantung, hipertensi dll. Dan yang lebih miris lagi adalah anak anak sekalipun sudah banyak yang menderita penyakit penyakit degenratif ini.

Bagi saya, kesehatan adalah kekayaan yang sesungguhnya sehingga bisa memproduksi sendiri makanan sehat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh merupakan alasan terbesar mengapa saya memilih untuk bertani. Jadi, bukan karena ingin menjadi pahlawan bagi yang lain apalagi menjadi orang kaya raya.

Alasan lainnya mengapa saya tertarik bertani adalah dengan menanam, itu sama artinya dengan mencetak uang sendiri. Bahkan lebih sekedar itu, menanam setidaknya membuat kita tidak akan begitu bergantung kepada uang. Tak ada uang tapi sumber sumber makanan sehat yang kita tanam melimpah, kita masih bisa survive, beda dengan sebaliknya, bisa dibayangkan bukan? Yang jelas you cannot eat money!

Alasan terakhir adalah pengalaman live in saya pada 2015 di sebuah desa yang terkena konflik agraria di Kab. Batanghari Jambi. Dari pengalaman live in tersebut membuat saya merenung bahwa untuk memperjuangkan sepetak lahan saja orang orang harus sampai berdarah darah bahkan tidak sedikit memakan korban jiwa, sementara saya sendiri selama ini justru malah meninggalkan atau tidak mau merawat tanah sendiri walaupun tanah tersebut bukan milik saya sih tapi milik orang tua heeee.

Namun, di situ saya merasa seperti orang yang tidak pandai bersyukur. Oleh karena itu, saya bertekad, tidak akan lagi membiarkan lahan sekitar saya menganggur atau tidak terawat dan sayapun akan belajar bertani yang benar yang mampu bekerja selaras dengan alam bukan merusaknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun