Mohon tunggu...
Tupat Tominatasa
Tupat Tominatasa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Administrator

Logika dan Rasa Menjadi Deretan Kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sebungkus Kopi Bahagia

11 Maret 2020   11:29 Diperbarui: 11 Maret 2020   11:28 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Silir angin pagi menyelinap dalam celah kamar.  Berbisik lembut pada tubuh yang terbujur dalam kasur empuk. Sinar pagi telah menyapa, menunggumu menggapai asa yang tertunda. 

Nyanyian suara kecil terdengar mungil. Seorang perempuan menggeser perabot dan mengusir kotor. Embun pagi mengucur pada wajah kerutnya, menguap kesturi aroma surga. 

Perlahan aku mendekat, adakah segelas kopi yang siap hidang. Tetiba wajah kerutnya menyiut, menyembur takut bila sang anak kecewa. Karena stok kopi telah tiada. 

Kini wajah ciutnya menyeruak binar cahaya. Sepertinya Ia bahagia, menemukan sebungkus kopi yang terselip diantara tumpukan plastik. Mengaduk melebur menguapkan khas aromatik. 

Dan akhirnya, pagi ini aku menyeruput kopi buatan sang Ibunda. Teriring doa dalam tiap hisapan " Semoga hari ini Ibunda bahagia".

Jakarta, 11 Maret 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun