Mohon tunggu...
Ghina Rahmatika
Ghina Rahmatika Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mom Blogger

Mom Blogger, Minimalist and self development enthusiast, a Moslemah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pagi, Ibu, dan Paket Kebahagiaan

29 Desember 2020   12:06 Diperbarui: 29 Desember 2020   12:33 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya memahami bahwa kasih Ibu tak akan pernah pudar meski jarak memisahkan. Pandemi datang membawa duka dan jarak semakin berjarak karena dekat pun rasanya jauh. Jauh karena ketakutan untuk membahayakan orang yang kita sayangi tak pernah pandang bulu.

Setiap telpon dari Ibu berdering, seringkali aku perlu menguatkan diri terlebih dahulu. Obrolan kami selalu diakhiri dengan pertanyaan ringan namun berat sekali untuk dijawab 'Kapan pulang?'

Tentu saja, jarak kami tidak begitu jauh, lha wong sama-sama di pulau Jawa. Tapi, pandemi seperti ini kami ketakutan. Takut pulang dan membawa virus, bukan melepas rindu lagi.

'Na, minyak yang kemarin dikasih itu cocok sekali. Tenggorokan Mimih langsung plong rasanya setelah mengoleskan minyak itu ke tenggorokan,' jawaban Ibu ketika merespon essential oil yang kukirimkan untuk beliau.

Aha, kasih sayang tak pernah mengenal jarak. Meski kami sudah merantau, kita tetap mampu memupuk kasih sayang. Selain dengan doa, mengirimkan paketan lewat media kirim seperti JNE adalah hal sederhana untuk memberi kebahagiaan kepada Ibu, pikir saya.

Respon beliau ketika bercerita tentang kiriman paket yang saya kirimkan, tiba-tiba membuat saya terbersit untuk mengirimkan paket lagi. Maka setiap telepon, saya akan mencoba menanyakan apa saja keperluan yang dibutuhkan atau yang sedang diinginkan oleh beliau.

Hal ini dari dulu tidak terbersit dalam benak saya. Padahal memberi dan berbagi saat ini bukanlah hal yang sulit. Kemudahan yang telah ditawarkan oleh teknologi tidak boleh-boleh disia-siakan. 

Berbagi dan Membagikan kebahagiaan lewat Paket Cinta

Hal unik dalam pemberitaan ketika awal covid datang ialah orang-orang tetiba tergerak untuk membuat gerakan membantu tetangga yang sedang kesulitan. Karena gerak dibatasi, akhirnya semua kegiatan beralih melalui gawai dan secara daring.

Menyantuni orang-orang yang berusaha lebih baik daripada sekadar menyantuni mereka yang meminta-minta semata. Ada usaha lebih yang diupayakan, setidaknya upaya tersebut sebagai rasa syukur hamba karena diberikan kemampuan untuk mengolah sesuatu ataupun mempelajarinya.

Gerakan membeli pada warung tetangga, kepada teman yang membuka usaha, bahkan membeli produk-produk lokal kian digaungkan ketika pandemi datang. 

Gerakan-gerakan seperti ini buat saya sendiri sangat menggembirakan. Bisa membeli produk kepada teman misalnya, ini akan membuat silaturahmi kami terjaga kembali, dan pengiriman paketannya akan lebih terjamin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun