Jika jalan itu kemudian diperbaiki dan jika pun diberitakan ya seadanya. Adapun terkait proyek, maka enggan untuk mewartawakan yang berlebihan.
Dan lucunya dari hal diatas itu, pemberitaan seperti itu malah ditayangkan di sebuah media sosial yang katakanlah media sosial itu ramai dikota itu.
Mereka (para pemilik medsos itu) tidak tahu dan tidak mau tau bagaimana isi artikel itu, yang dia tau ada judul dihari itu di daerahnya maka di publish.
Mereka masih awam dengan hal-hal jurnalistik bahkan kode-kode di akhir tulisan.
Seorang jurnalis yang juga blogger pasti rasanya ada yang kurang jika tidak membuat blog atau website.
Namun, artikel-artikel di blog indie ini terbilang artikelnya ya ringan-ringan saja, seputar kemasyarakatan, kriminal, peristiwa.
Lucunya jika hal itu dipublish oleh banyak FP, jika dipublish mereka pemilik FP ini tanpa menyantumkan sumber mentang-mentang artikel ada di blog indie.
Dan juga ketika blog entah itu artikel secara manual atau parafrase dan lolos tool ampuh Copyscape, kemudian ada di media siber yang entah itu diparafrase atau tidak namun yang jelas bahasanya khas seperti di sebuah blog. FP fp ini malah menshare artikel dari media siber itu.
Jika dishare meskipun tanpa sumber jikapun itu tujuannya baik saya sih ngga apa-apa, ngga masalah ngga akan marah, tapi hal itu kan ada bau-bau untuk meningkatkan follower.
Lalu jika hal itu ditulis ulang di sebuah media dan dari FP tersebut, saya sih ngga masalah juga, namun suka geram jika ada sebuah artikel dipelintir.