Mohon tunggu...
Farid Muhammad
Farid Muhammad Mohon Tunggu... penikmat kopi dan buku -

read, share, happy...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Intelijen yang Inteligensia

19 Januari 2018   09:13 Diperbarui: 19 Januari 2018   09:32 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Polisi intelijen di masa Hindia  Belanda (PID) tugasnya mengintip pergerakan tokoh kemerdekaan. Disebut  Intelijen krn kerjanya secara rahasia, dan bukan karena pintar2 banget.

Pernah suatu ketika, bung Hatta berpidato di hadapan 60 calon anggota  PNI dan warga umum di Jogja. Isi pidatonya ttg kapitalisme. Bung Hatta menjelaskan bahwa kapitalisme itu berkembang bertingkat-tingkat, mulai  kapitalisme muda, berturut-turut menjadi kapitalisme raya, sampai kapitalisme tingkat penghabisan. Setelah bung Hatta bicara sekitar 30  menit, seorang anggota PID menginterupsi meminta kejelasan "apa itu kapitalisme?". Bung Hatta tersenyum dan menjawab; "sudah setengah jam saya jelaskan tapi masih ada yang bertanya apa itu kapitalisme"?.  Disambut tawa hadirin.

Bung Hatta coba melanjutkan pidatonya,  tapi tak sampai 2 menit sang polisi langsung menggebrak meja meminta  Hatta tidak melanjutkan Pidato. Bung Hatta turun dengan dada tegap  disambut tepuk dengan hadirin.

Gagal paham serupa banyak kali  terjadi. Di masa kepemimpinan bung Karno, seorang anggota intelijen  polisi jg pernah disusupkan kedalam ruang kelas Buya Hamka di IAIN ciputat. Saat itu Hamka sedang memberi kuliah "plus" nasehat kepada  mahasiswanya tentang arti kegagalan tokoh pejuang Islam seperti Kahar  Muzakar, Daud Beureuh. Kegagalan mereka jangan sampai terulang kembali,  kata Hamka.

Tak pernah disangka Hamka, itu kuliah terakhir  kalinya. Dia lalu dijebloskan ke penjara dengan tuduhan ujaran provokasi  terhadap pemerintahan Soekarno. Dalam penjara Hamka terus diintrogasi  seputar isi perkuliahannya di Ciputat. Hamka lalu menemukan jawaban  bahwa ternyata isi kuliahnya dipotong2 si polisi lalu diartikan  sekenanya sehingga dirinya dinilai membawa misi pemberontak.

Padahal maksud Hamka, agar kegagalan pendahulu tidak terulang, maka  generasi hari ini harus menempuh cara yang berbeda, yaitu bekerjasama dengan semua golongan untuk membangun masyarakat Indonesia yang adil dan  makmur, tulis Hamka.

Sejarah seperti berulang. Kasus salah  tangkap, memata-matai dakwah tokoh agama, sampai salah tembak ustad di  kampung oleh aparat polisi hari ini seperti uluran benang merah panjang  yang terentang jauh kebelakang.....

Malang 19/01/2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun