Mohon tunggu...
Nur Kholidah Ulfiyani
Nur Kholidah Ulfiyani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Love to Share

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

AWAN AWAN ITU MENJADI KENYATAAN

22 Maret 2012   05:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:38 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13323943591072578319

Alif dan Randai, sahabatnya, siswa lulusan MTs di Maninjau Padang bermimpi ingin melanjutkan sekolahnya di SMA unggulan di Bandung dan menjadi mahasiswa ITB seperti BJ Habibie tokoh idolanya yang hebat. Tetapi mimpinya itu harus diurungkan karena sang Amak menginginkan dia sekolah agama dan menjadi seperti Buya Hamka.

Dengan setengah hati akhirnya Alif menuruti keinginan Amaknya yang sangat mulia untuk agama islam. Pergilah alif ke Pondok Madani (PM) di daerah Ponorogo, Jawa Timur diantarkan sang Ayah. Pondok yang menggunakan bahasa arab dan inggris untuk dialog sehari-hari dengan ribuan santrinya dan dipimpin oleh Kyai Rais. Ia disambut PM oleh tulisan yang mengandung motivasi besar “KE MADANI APA YANG KAU CARI”. Hari pertama ia belajar, Ustadz Salman wali kelasnya memberikan motivasi lewat “man jadda wa jada” barang siapa yang bersungguh sungguh maka dapatlah ia. Pepatah arab yang selalu membari nafas dalam setiap langkah Alif dan kelima sahabat barunya di PM (Raja (Medan), Said (Surabaya), Dul Majid (Madura), Atang (Sunda) dan Baso (Gowa)).

Alif dan kelima sahabatnya ini sering berkumpul di bawah menara masjid PM melewatkan waktu senja sambil bercerita tentang kegiatan sehari-hari di PM hingga meraka dijuluki Shahibul Menara (pemilik menara) oleh rekan PM lainnya. Suatu ketika mereka melihat awan di langit cerah dari bawah menara tinggi masjid, dan mereka melihat awan-awan itu seperti benua yang ingin mereka sambangi nantinya. Benua Amerika, Eropa, Asia, dan Afrika. Itulah awal perbincangan tentang impian masa depan.

Bagaikan menara, cita-cita mereka tinggi menjulang: kuliah di Amerika, menjaring ilmu di Arab Saudi, menapaki jejak Ibnu Rusyd di Spanyol, mendatangi Mesir yang disebut ibu peradaban dunia, menikmati keunikan Iran dan India, mengukur tingginya menara Trafalgar Square di London, dan tidak lupa membangun madrasah di kampung halaman.

Keengganan Alif menapaki ilmu di PM ini semakin hari semakin dinikmati dengan oksigen pesantren yang penuh akan motivasi dan ajaran agama dari Kyai Rais, mantra “man jadda wa jada” dari Ustad Salman, kelima sahabatnya, masuknya alif menjadi jurnalis majalah PM “Syams”. Meskipun terkadang ia iri ketika surat Randai datang dan menceritakan kehidupannya yang bersekolah di SMA unggulan Bandung, seperti mimpi mereka berdua dulu. Serta gontai akibat keluarnya Baso dari Pesantren selamanya ke Gowa untuk menjaga neneknya yang sakit.

Alif dan sahabatnya berhasil menyelesaikan perjuangan di PM. Kisah pun diakhiri dengan reuni di Trafalgar Square. Sebuah menara sebuah senja dan salju. Suasana dan pemandangan yang terasa sangat lekat di hati. Hanya saja, menara kali ini adalah menara impian belasan tahun lalu. Mereka tidak menyangka bakal menggenggam impian masing-masing. Ya, modal awal mereka adalah bermimpi, lalu berusaha, bekerja keras, dan menggenapkan doa. Dengan man jadda wajada, maka awan awan itu menjadi kenyataan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun