Mohon tunggu...
Lila Esty Nurani
Lila Esty Nurani Mohon Tunggu... Administrasi - -

Seorang karyawan yang senang membaca dan sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengalaman Ngekos: Mulai yang Horor Sampai yang "Horor"

12 April 2013   16:21 Diperbarui: 29 Agustus 2019   09:56 5834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: kompas properti

Jadi anak kos itu seru. Benar-benar menyenangkan. Kita bisa lakukan apa pun sesuka hati kita selama masih dalam batas-batas kewajaran, tentunya tidak mengurangi tanggung jawab kita sebagai seorang anak yang sudah dipercaya orangtua untuk belajar hidup mandiri.

Dari 35 tahun waktu hidup saya, hampir 17 tahun saya berstatus sebagai anak kost. Pertama kali merasakan kos adalah ketika saya memutuskan kuliah di luar kota, tepatnya Semarang.

Pertama kali saya sampaikan keinginan untuk melanjutkan studi di semarang tentu saja orangtua sedikit kaget. Mereka berharap saya tetap di Solo, tempat saya dibesarkan, mungkin maksudnya biar mudah mengawasinya, secara saya ini bukan termasuk anak yang mandiri dari kecil.

Orang tua juga ragu apa saya bisa hidup sendiri di Semarang sementara tak ada saudara di sana, cuci baju plus setrika pun saya tak bisa (karena tak biasa kali yaaa...). Namun demikian, beruntung orang tua 'merelakan' saya pergi.

Tempat kost-an pertama saya ada di daerah Pleburan, yang memang kawasan kost mahasiswa. Di daerah itu model kost-an tidak seperti kebanyakan tempat kost jaman sekarang, dimana induk semang sengaja membangun tempat untuk kos dengan berbagai fasilitas pelengkap. Tempat kost-an saya waktu itu bener-benar rumah dengan banyak kamar yang dimanfaatkan untuk tempat kost.

Saya suka suasananya, karena ada ruang keluarga buat kami anak-anak kost kumpul sambil nonton TV bareng, ada ruang tamu dan teras rumah yang juga bisa dipakai untuk menerima tamu, jadi tak perlu menerima tamu di dalam kamar.

Ada banyak kejadian lucu selama saya 4 tahun tinggal di rumah itu. Menurut penghuni kost sebelum-sebelumya, rumah itu katanya serem, berhantu. Pun kata tetangga sebelah dan depan rumah.

Jadi siapa yang tidak merinding kalau malam-malam kebetulan sendirian di rumah. Saya bukannya tidak takut dengan desas-desus itu, sebenarnya takut juga, tapi saya tetap memberanikan diri karena terlanjur kerasan. 

Pernah suatu ketika, saya melihat sekelebat bayangan putih yang naik ke atas trus tiba-tiba turun lagi, seperti plastik kresek warna putih yang tertiup angin, tp pas saya coba lihat lagi ternyata ga ada plastik kresek itu. Sampai sekarang masih belum tahu itu apaan.

Tak hanya cerita horor yang ada di rumah ini, cerita kriminal pun ada. Saya termasuk salah satu korbannya, kaos serta tas yang berisi buku statistik, kalkulator dan dompet pun lenyap dibawa pencuri.

Tidak cuma saya, teman lain juga ada, kebanyakan yang hilang kaos dan pakaian dalam. Suatu hari kami menemukan bungkusan kecil di dapur, setelah tanya sana-sini tidak ada yng merasa memiliki, akhirnya bungkusan itu kami buka, dan isinya celana dalamnya teman saya, mungkin ketinggalan/lupa pas mau dibawa, waduuuhhh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun