Mohon tunggu...
Yakobus Sila
Yakobus Sila Mohon Tunggu... Human Resources - Pekerja Mandiri

Penulis Buku "Superioritas Hukum VS Moralitas Aparat Penegak Hukum" dan Buku "Hermeneutika Bahasa Menurut Hans Georg-Gadamar. Buku bisa dipesan lewat WA: 082153844382. Terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Corona dan Status Darurat Kesehatan

9 April 2020   03:18 Diperbarui: 9 April 2020   03:11 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejak Corona masuk Indonesia ketakutan (luar biasa) terjadi di hampir semua Kota dan wilayah NKRI. Jakarta, mulai tanggal 21 Maret ditetapkan darurat corona. Karena itu, mulai pekan depan, semua perkantoran tutup entah kantor pemerintah maupun swasta.
Apa yang terjadi setelah kondisi darurat ini ditetapkan? Bagi yang memilik stok makanan cukup, kondisi darurat tidak jadi soal. Tidak keluar rumah untuk beberapa minggu tidak ada masalah. Menjadi soal serius untuk mereka yang tidak memiliki persediaan cukup. Apakah Gubernur Anies punya solusi, semacam subsidi sementara untuk warga?

Sampai saat ini,  barang-barang seperti masker dan peralatan sanitasi, harganya melonjak. Himbauan untuk menjaga jarak sosial, memakai masker, dan mencuci tangan sesering mungkin menjadi mentah (tidak berguna) , karena persediaan barang-barang yang dibutuhkan sampai saat ini sangat terbatas bahkan di tempat-tempat umum tidak ditemukan. Atau mungkin saya yang terlalu banyak di rumah sehingga tidak tahu ada perkembangan di luar. Hhaaa

Orang berjuang sendiri-sendiri untuk menyelamatkan hidup. Ini bukan soal mengharapkan sesuatu yang gratis dari pemerintah, tetapi soal kewajiban moril pemerintah yang selaras dengan himbauan untuk tidak keluar rumah. Jangan suruh orang lockdown, kalau tidak punya solusi.
Bagi mereka yang mampu secara ekonomi, upaya untuk menyelamatkan hidup menjadi lebih mudah. Sementara yang lain, akan sangat sulit, karena untuk bertahan hidup selama masa darurat saja sulit, apalagi disuruh tidak boleh keluar rumah dan menghindari keramaian. Aktivitas ekonomi tidak berjalan, yang menjadi korban adalah orang-orang yang tidak mampu secara ekonomi. Boleh dikatakan, terhadap kondisi darurat ini, mereka yang bertahan hidup, adalah mereka yang tetap beraktivitas dan luput dari serangan Corona. Bukannya mereka tidak takut terhadap virus mematikan ini, tetapi kondisi ekonomi mengjaruskan mereka untuk berani dengan resiko sangat fatal. Karena itu, hemat saya, anjuran pemerintah DKI misalnya, sampai saat ini tidak selaras dengan solusi yang ditawarkan. Hinggga saat ini tidak ada solusi untuk itu.

Pemerintah hanya sebatas menyuruh (menghimbau)  untuk tidak keluar rumah dan menghindari keramaian, namun tidak ada bantuan (subsidi) dalam kondisi darurat. Bahkan kemarin di sekitar stasiun Jatinegara ada Satpol PP dengan menggunakan pengeras suara menghimbau warga untuk tidak keluar rumah karena keadaan darurat. Terus ada warga yang bilang "bukannya membagi masker dan alat sanitasi, malah hanya menghimbau doang". Hhaaaa

Negara-negara maju beda-lah dengan kita negara yang disebut negara maju hanya karena barometernya Jakarta dan Kota-kota besar lainnya. Mereka menangani Corona dengan cerdas dan melibatkan berbagai sumber daya, sementara kita masih sebatas himbauan. Tidak mau rugi.
Aksi nyata yang terlihat dilakukan oleh segelintir orang atas inisiatif pribadi.  Sementara yang lain, masih sebatas himbauan. Mereka pikir semua orang Indonesia bisa bertahan hidup, dan semua punya cukup persediaan untuk mengisolasi diri di rumah. Heeemmmmm..... Lihat para pedagang kaki lima dan penjual asongan, pengemudi online, para pekerja harian, dll. Mereka tidak mungkin berdiam diri di rumah dan mati lemas, karena mereka, bukan orang kaya (yang sejak seminggu yang lalu) sudah aman terkendali mengisolasi diri dalam kelipahan. Karena itu, mereka yang tidak memiliki  cukup stok untuk meng-isolasi diri dengan cibir mendengar himbauan sambil bergumam: "hemmmm.. hanya bisa omong lockdown, kondisi darurat,  tapi tidak tahu bagaimana orang lain bertahan hidup".

Yah, itu susahnya pemimpin dari kalangan yang tidak pernah hidup susah. Mereka pikir semua orang seperti mereka. Gampang-gampang saja bicaranya....Haaaa....

(Tulisan ini saya buat pada saat awal penetapan darurat kesehatan oleh pemerintah DKI Jakarta)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun