Mohon tunggu...
Jejep Falahul Alam
Jejep Falahul Alam Mohon Tunggu... -

Aku adalah seorang yang hobi mencari sesuatu yang baru. Dan selalu berusaha menjadi cahaya dalam kegelapan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kunci Dasar Memenangkan Pilkada

12 Juni 2013   01:49 Diperbarui: 4 April 2017   17:32 9424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Jejep Falahul Alam Di bagian wilayah III Cirebon yang meliputi Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Majalengka, saat ini masyarakatnya akan dihadapkan pada pesta demokrasi rakyat. Pertarungan kekuasaan di wilayah tersebut sudah memasuki babak baru. Bahkan suhu politiknya terasa kian memanas. Bagi Kabupaten Majalengka sendiri, saat ini sudah memasuki tahapan pendaftaran. Ada empat pasangan calon yang berebut tiket menuju orang nomor satu dan dua di Kota berjuluk angin tersebut. Mereka sendiri berasal dari pasangan incumbent, H. Sutrisno-Karna Sobahi (Suka). Kedua, H. Abah Encang/Nazar Hidayat-H. Tio Indra Setiadi (Hati). Ketiga, Kolonel Apang Sopandi-Nasir (Sopan) dan terakhir dari pasangan persorangan, Yeyet Rohayati-Sudirman (Yes). Keempat konstestan ini akan bertarung dalam Pemilukada Majalengka yang dihelat pada Minggu, 15 September 2013 mendatang. Bagi Kabupaten Cirebon sampai sejauh ini belum ada pasangan calon secara resmi mendeklariskan diri sebagai pasangan balonbup. Kabarnya masih tiarapnya pasangan calon masih menunggu calon yang mendapatkan rekomendasi dari DPP PDIP. Terlebih saat ini suami dari Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarno Putri, Taufik Kiemas meninggal dunia. Maka dipredeksi rekomendasi itu akan lama turun karena memasuki masa berkabung. Tapi meski demikian, isu beredar di sejumlah BBM mencuat pasangan calon di Kabupaten Cirebon di antaranya, 1. Sunjaya Poerwadadi - H. Tarmadi (diusung PDIP), 2. Nurul Qomar - Mitra Sumitra (Demokrat-Gerindra), 3. Djakaria Macmud - Elang Kusnandar (PKS-PBB), 4. Sri Heviyana- Rahmat (Hanura-Partai Non Parlemen), 5. Ason Sukasa-Sukaryadi (Golkar- Partai Non Parlemen). 6. Muhamad Lutfi - Odjo Sudardjo (PKB-PPRN) dan 7. Moh. Insyaf -Juandi (Calon Persorangan). Sedangkan bagi Kabupaten Kuningan pasangan Hj, Utje Ch. Hamid Suganda (Istri Bupati Kuningan, H. Aang Hamid Suganda) berpasangan dengan H. Acep Sumarna (Ketua DPC PDIP Kab. Kuningan). Keduanya menamanakan diri sebagai pasangan "UTAMA" yang diusung PDIP, PAN, PPP, PBB, PKPI, PKPB.  Penantang UTAMA sampai sejauh ini belum ada, namun Wakil Bupati Kuningan, H. Momon Rochmana menjadi rival yang patut diperhitungkan. Terlepas dari deretan nama pasangan calon dari masing-masing Kabupaten di wilayah III Cirebon, namun bila kita mendengar kata Pilkada (Pemilukada), mungkin sudah tidak asing lagi dengar. Pada tataran ideal, Pemilukada bertujuan melakukan pergantian kekuasaan, dengan cara yang demokratis dengan mengikutsertakan rakyat secara langsung untuk memilih pemimpinnya. Harapan dari semua ini, agar terpilih kepala daerah yang pro rakyat, berkualitas, dan ikhlas dalam mendarmabaktikan hidupnya untuk mengabdi pada daerahnya. Namun dalam realitasnya, kenyatan itu masih distorsi, sehingga Pemilukada tidak lagi bisa diandalkan untuk memunculkan kepala daerah yang benar-benar berkualitas. Tetapi cenderung hanya menjadi raja-raja kecil di daerah kekuasaanya. Terlepas dari semua itu, menjadi seorang kepala daerah tentunya hampir menjadi dambaan semua pihak, termasuk saya sendiri. Tapi karena keterbatasan kemampuan, keinginan itu baru sebatas anggan-angan dalam hati. Belajar dari pengalaman saat duduk di bangku kuliah, penulis pernah mencoba mengotak-atik konsep strategi dan taktik pemenangan Pemilukada, yang dikupas dari literatur buku yang berkaitan dengan realitas yang terjadi. Penulis mencoba menyimpulkan dalam beberapa langkah strategis, meski ini bukan cara yang baku dan mutlak untuk dilaksanakan. Sebenarnya ada banyak cara meramu strategi mengoalkan pasangan calon menang dalam sebuah perebutan kekuasaan. Baik itu secara legal maupun ilegal. Karena harus diakui, di dalam perebutan kekuasaan, apapun harus dilakukan yang terpenting bendara kemenangan harus dikibarkan. Ibarat bermain sepak bola, meski tidak mampu menggunakan formasi 4-3-3 (menyerang) dan memilih stratategi bertahan, bila itu kunci kemenangan maka wajib dilakukan. Karena percuma memperagakan permainan cantik, bila pada akhirnya harus pulang dengan kepala tertunduk. [caption id="attachment_259488" align="alignnone" width="1944" caption="Deklrasi pasangan Sutrisno-Karna "][/caption] Strategi dan Taktik Sebelum perang dimulai, langkah yang harus dilakukan dengan melakukan pemetaan kekuatan parpol. Karena jangan sampai kandidat menumpangi perahu (partai) yang tidak jelas dan tidak memiliki kekuatan di masyarakat. Langkah ini penting, agar pencalonan bukan hanya mengumbar uang cuma-cuma, tanpa hasil yang diharapkan.  Lalu, sudah bukan rahasia umum, di dunia ini tidak ada yang gratis. Apalagi hidup di kota besar, mau buang air kecil saja ada tarifnya. Terlebih ini mau mencalonkan diri menjadi seorang kepala daerah. Maka dari itu, memang uang bukan segalanya, tapi keberadaanya sangat berpengaruh. Ini fakta yang tidak bisa dihindari. Masyarakat saat ini menjelam menjadi pragmatis, akibat pendidikan dan kesalahan para pelaku politik sendiri yang tak menempati janji-janji politiknya. Pertanyannya, mengapa masyarakat kini sudah dibutakan dengan uang? Jawabanya, ini terjadi karena rakyat sudah tidak lagi mempercayai komitmen kepala daerah bila sudah terpilih nanti. Mereka kerap beranggapan, yang sudah-sudah, seringkali terjadi kacang lupa kulitnya. Sehingga kesempatan emas ini dimanfaatkan masyarakat, untuk meminta kompensasi dari awal sebelum Pilkada dilaksanakan. Logis permintaan tersebut, karena rakyat sekarang sudah semakin cerdas, dan selalu berpikir siapa pun yang terpelih nanti, tidak bakal berpengaruh bagi kehidupan mereka. Langkah selanjutnya, memetakan kecenderungan politik di masyarakat. Masyarakat atau pemilih pada umumnya belum mengetahui jejak rekam para calon, sehingga perlu dibentuk opini yang baik tentang kandidat yang bakal diusung. Caranya dengan memberikan jawaban dan solusi atas permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat.  Penyebaran isu ini harus dilakukan oleh tim sukses, relawan, maupun oleh kandidat itu sendiri. Misalnya, permasalahan di kecamatan A, yang paling menonjol adalah kurangnya perhatian pemerintah di dalam sarana dan prasana infrastruktur jalan. Sebagai calon kepala daerah yang cerdas, seharusnya bisa memanfaatkan isu tersebut untuk meraih dukungan rakyat. Berikan jalan keluar kepada masyarakat setempat, dari cengkreman masalah yang membelitnya. Intinya, bentuklah tim yang mengatur manajemen isu, baik untuk calon maupun lawan. Pantau terus perkembangan isu tersebut baik di surat kabar maupun opini yang berkembang di masyarakat. [caption id="attachment_259489" align="alignnone" width="1024" caption="Deklrasi Pasangan "]

137097624942662499
137097624942662499
[/caption] Bentuk Tim Sukses Guna mempromosikan pasangan calon, tidak mungkin seorang kandidat bisa berjalan sendiri sepertihalnya meniru manajamen tukang bakso. Sehingga hukumnya wajib dibentuk tim sukses yang memiliki karakter bisa dipercaya, solid, profesional, cerdas, komunikatif dan menguasai lapangan serta bidang-bidang tertentu yang dibutuhkan. Mengenai tim Pemenangan bisa dibentuk baik melalui partai pengusung, maupun tim khusus yang dibentuk sendiri. Pasanglah orang yang tepat untuk menjadi anggota timses berdasarkan kemampuan dan pengaruh kewilayahan. Termasuk timses maupun relawan harus bisa memantau situasi terkini yang berkembang di masyarakat. Mengenai tempat paling strategis untuk menyebarkan isu maupun memantaunya, adalah tempat-tempat keramaian, pasar, kantor, warung kopi, pos kamling, maupun perkumpulan warga lainnya. Dalam pertemuan itu sebarkan dan "racuni" otak warga dengan isu-isu yang berkembang saat ini. Berikan pemahaman yang cerdas, namun jangan sampai mencolok membela pasangan yang kita dukung. Atau lebih tepatnya silahkan baca buku, bagaimana mempengaruhui kawan dan lawan. Di dalam buku tersebut dijelaskan secara gamblang bagaimana tata cara mencuci otak orang lain, agar turut dan patuh tanpa dengan kekerasan. Strategi lainya yang harus dikembangkan timses maupun kandidat, dengan memanfaatkan media komunikasi sosialisasi bukan hanya mengandalkan media televisi, iklan di koran, spanduk, baligo, dan media alat peraga lainnya.  Tapi manfaatkan kemajuan teknologi dewasa ini. Seperti media jejaring sosil, twitter, facebook, blogspot, BBM, websate dll. Tujuan semua ini memberikan akses informasi kepada masyarakat melalui dunia gaib (maya). Bangun image dan presepsi publik tentang calon dalam setiap kesempatan yang ada. Baik itu, saat bertatap muka dengan masyarakat, maupun melalui berbagai media lainnya. Lihat Gubernur DKI Jakarta, Jokowi saat kampanye dulu. Ia mampu memperagakan karakter berbeda seorang pemimpin yang tidak lazim. Politik yang berbeda semacam ini yang menjadi santapan media massa untuk terus memburu beritanya. Secara jangankan warga DKI, seluruh pelosok di negeri ini hampir mengetahui nama Jokowi. Namanya masih tetap harum dari sabang sampai merauke berkat pencitraan baik di media elektronik dan cetak. Sehingga tidak terlalu berlebihan ketika Jokowi saat ini manggung, menjadi amunisi utama yang dimiliki PDIP sebagai partai pengusung. Dimana ada Pilkada dalam skala besar, Megawati akan memerintahkan Jokowi untuk turun gunung membantu pasangan calon yang diusung partai berlambang banteng moncong putih. [caption id="attachment_259490" align="alignnone" width="687" caption="Apang Sopandi-Nasir (Sopan) Cabup dan Cawabup Majalengka "]
13709764532009599519
13709764532009599519
[/caption] Dampak lainnya, di antara deretan popularitas calon presiden yang ada saat ini, berdasarkan hasil lembaga survei, mantan wali kota Solo berada diposisi puncak klasemen. Mampu menumbangkan popularitas dan elektabilitas seniornya, baik itu Megawati, Prabowo Subianto, Wiranto, Jusuf Kalla dan lain sebagainya. Selanjutnya, di samping bermain di media. Pasangan calon juga harus banyak berinteraksi dan melakukan pertemuan langsung dengan masyarakat secara langsung. Ini harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Bila kunci ini dihindari, maka sudah dipastikan kekalahan sudah di depan mata. Mengapa harus banyak bercengkrama dengan masyarakat, tujuannya selain memupuk silaturrahmi dan mendapatkan amal ibadah dari Allah SWT, juga mampu mendongkrak popularitas dan elektabilitas calon di mata masyarakat. Tak kenal makanya tak sayang. Dengan sering berbaur dengan masyarakat, kandidat juga akan membaca karakteristik pemilih. Karena biasanya antara daerah satu dengan wilayah lainnya terjadi perbedaan adat maupun kultur budanya. Bila hal itu telah dikuasi, dan calon mampu meneropong kekuatan dan kelemahan lawan, kemenangan tinggal menghitung hari. Menumbangkan Incumbent Melawan incumbent bukan perkara yang mudah. Berkaca pada pengalaman, hampir di setiap Pemilukada di tanah air ini dimenangkan incumbent. Banyak faktor yang mempengaruhui kemenangan tersebut. Selain menguasi akses ekonomi, birokrasi, pengaruh ke urat nadi masyarakat, jaringan serta dana yang melimpah. Incumbent atau petahana jauh sebelum penantangnya hadir, mereka sudah gencar melakukan sosialisasi ke pelosok desa. Tujuanya tiada lain, untuk mempertahankan kursi jabatanya bila bertarung di periode berikutnya. Maka dari itu, para penantang perlu tenaga ekstra dan kecerdikan yang luar biasa. Karena itu, gunakan semua peluang dan kesempatan yang ada sekecil apapun untuk memangkas pengaruhnya tersebut. Setelah itu, hantam dengan penyebaran isu yang mampu melahirkan image buruk di tengah masyarakat. Dampaknya masyarakat merasa antipati terhadapnya. Lakukan juga analisis  SWOT, guna membaca kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan dari masing-masing kandidat yang akan berlaga memperebutkan tahta kekuasaan. Setelah itu terpetakan, akan mudah bagi setiap pasangan calon untuk melakukan penyerangan. Dan kemenangan yang menjadi impian bisa segera terwujud. Terakhir, tentunya masih banyak langkah lainnya dalam memenangkan Pemilukada. Karena tadi, karakteristik pemilih dan popularitas serta elektabilitas masing-masing calon di setiap daerah berbeda. Namun tulisan ini hanya sekedar obrolan biasa. Mudah-mudahan tulisan ini bisa memberikan manfaat dan pencerahan bagi semua pihak yang memiliki kepentingan. Dan sekali lagi ini bukan satu-satunya sumber referensi memangkan pemilukada. Karena masih banyak cara selain yang belum secara detail diungkapkan dalam tulisan. Kepada masyarakat jangan memilih pemimpin seperti kucing dalam karung. Karena salah dalam memilih, akan merugikan rakyat selama lima tahun mendatang. Bagi masyarakat Kabupaten Majalengka sebagai tempat kelahiran penulis, selamat bertarung para jagoan. Siapapun nanti yang terpilih, dialah pemimpin pilihan rakyat yang harus kita taati segala perintahnya, selama berada dalam koridor yang tidak salah. Bagi pemimpin terpilih, jadilah imam yang mampu mengayomi serta mensejahterakan masyarakat dari jurang kemiskinan. Semoga. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun