Oleh : Jejep Falahul Alam Di bagian wilayah III Cirebon yang meliputi Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Majalengka, saat ini masyarakatnya akan dihadapkan pada pesta demokrasi rakyat. Pertarungan kekuasaan di wilayah tersebut sudah memasuki babak baru. Bahkan suhu politiknya terasa kian memanas. Bagi Kabupaten Majalengka sendiri, saat ini sudah memasuki tahapan pendaftaran. Ada empat pasangan calon yang berebut tiket menuju orang nomor satu dan dua di Kota berjuluk angin tersebut. Mereka sendiri berasal dari pasangan incumbent, H. Sutrisno-Karna Sobahi (Suka). Kedua, H. Abah Encang/Nazar Hidayat-H. Tio Indra Setiadi (Hati). Ketiga, Kolonel Apang Sopandi-Nasir (Sopan) dan terakhir dari pasangan persorangan, Yeyet Rohayati-Sudirman (Yes). Keempat konstestan ini akan bertarung dalam Pemilukada Majalengka yang dihelat pada Minggu, 15 September 2013 mendatang. Bagi Kabupaten Cirebon sampai sejauh ini belum ada pasangan calon secara resmi mendeklariskan diri sebagai pasangan balonbup. Kabarnya masih tiarapnya pasangan calon masih menunggu calon yang mendapatkan rekomendasi dari DPP PDIP. Terlebih saat ini suami dari Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarno Putri, Taufik Kiemas meninggal dunia. Maka dipredeksi rekomendasi itu akan lama turun karena memasuki masa berkabung. Tapi meski demikian, isu beredar di sejumlah BBM mencuat pasangan calon di Kabupaten Cirebon di antaranya, 1. Sunjaya Poerwadadi - H. Tarmadi (diusung PDIP), 2. Nurul Qomar - Mitra Sumitra (Demokrat-Gerindra), 3. Djakaria Macmud - Elang Kusnandar (PKS-PBB), 4. Sri Heviyana- Rahmat (Hanura-Partai Non Parlemen), 5. Ason Sukasa-Sukaryadi (Golkar- Partai Non Parlemen). 6. Muhamad Lutfi - Odjo Sudardjo (PKB-PPRN) dan 7. Moh. Insyaf -Juandi (Calon Persorangan). Sedangkan bagi Kabupaten Kuningan pasangan Hj, Utje Ch. Hamid Suganda (Istri Bupati Kuningan, H. Aang Hamid Suganda) berpasangan dengan H. Acep Sumarna (Ketua DPC PDIP Kab. Kuningan). Keduanya menamanakan diri sebagai pasangan "UTAMA" yang diusung PDIP, PAN, PPP, PBB, PKPI, PKPB. Penantang UTAMA sampai sejauh ini belum ada, namun Wakil Bupati Kuningan, H. Momon Rochmana menjadi rival yang patut diperhitungkan. Terlepas dari deretan nama pasangan calon dari masing-masing Kabupaten di wilayah III Cirebon, namun bila kita mendengar kata Pilkada (Pemilukada), mungkin sudah tidak asing lagi dengar. Pada tataran ideal, Pemilukada bertujuan melakukan pergantian kekuasaan, dengan cara yang demokratis dengan mengikutsertakan rakyat secara langsung untuk memilih pemimpinnya. Harapan dari semua ini, agar terpilih kepala daerah yang pro rakyat, berkualitas, dan ikhlas dalam mendarmabaktikan hidupnya untuk mengabdi pada daerahnya. Namun dalam realitasnya, kenyatan itu masih distorsi, sehingga Pemilukada tidak lagi bisa diandalkan untuk memunculkan kepala daerah yang benar-benar berkualitas. Tetapi cenderung hanya menjadi raja-raja kecil di daerah kekuasaanya. Terlepas dari semua itu, menjadi seorang kepala daerah tentunya hampir menjadi dambaan semua pihak, termasuk saya sendiri. Tapi karena keterbatasan kemampuan, keinginan itu baru sebatas anggan-angan dalam hati. Belajar dari pengalaman saat duduk di bangku kuliah, penulis pernah mencoba mengotak-atik konsep strategi dan taktik pemenangan Pemilukada, yang dikupas dari literatur buku yang berkaitan dengan realitas yang terjadi. Penulis mencoba menyimpulkan dalam beberapa langkah strategis, meski ini bukan cara yang baku dan mutlak untuk dilaksanakan. Sebenarnya ada banyak cara meramu strategi mengoalkan pasangan calon menang dalam sebuah perebutan kekuasaan. Baik itu secara legal maupun ilegal. Karena harus diakui, di dalam perebutan kekuasaan, apapun harus dilakukan yang terpenting bendara kemenangan harus dikibarkan. Ibarat bermain sepak bola, meski tidak mampu menggunakan formasi 4-3-3 (menyerang) dan memilih stratategi bertahan, bila itu kunci kemenangan maka wajib dilakukan. Karena percuma memperagakan permainan cantik, bila pada akhirnya harus pulang dengan kepala tertunduk. [caption id="attachment_259488" align="alignnone" width="1944" caption="Deklrasi pasangan Sutrisno-Karna "][/caption] Strategi dan Taktik Sebelum perang dimulai, langkah yang harus dilakukan dengan melakukan pemetaan kekuatan parpol. Karena jangan sampai kandidat menumpangi perahu (partai) yang tidak jelas dan tidak memiliki kekuatan di masyarakat. Langkah ini penting, agar pencalonan bukan hanya mengumbar uang cuma-cuma, tanpa hasil yang diharapkan. Lalu, sudah bukan rahasia umum, di dunia ini tidak ada yang gratis. Apalagi hidup di kota besar, mau buang air kecil saja ada tarifnya. Terlebih ini mau mencalonkan diri menjadi seorang kepala daerah. Maka dari itu, memang uang bukan segalanya, tapi keberadaanya sangat berpengaruh. Ini fakta yang tidak bisa dihindari. Masyarakat saat ini menjelam menjadi pragmatis, akibat pendidikan dan kesalahan para pelaku politik sendiri yang tak menempati janji-janji politiknya. Pertanyannya, mengapa masyarakat kini sudah dibutakan dengan uang? Jawabanya, ini terjadi karena rakyat sudah tidak lagi mempercayai komitmen kepala daerah bila sudah terpilih nanti. Mereka kerap beranggapan, yang sudah-sudah, seringkali terjadi kacang lupa kulitnya. Sehingga kesempatan emas ini dimanfaatkan masyarakat, untuk meminta kompensasi dari awal sebelum Pilkada dilaksanakan. Logis permintaan tersebut, karena rakyat sekarang sudah semakin cerdas, dan selalu berpikir siapa pun yang terpelih nanti, tidak bakal berpengaruh bagi kehidupan mereka. Langkah selanjutnya, memetakan kecenderungan politik di masyarakat. Masyarakat atau pemilih pada umumnya belum mengetahui jejak rekam para calon, sehingga perlu dibentuk opini yang baik tentang kandidat yang bakal diusung. Caranya dengan memberikan jawaban dan solusi atas permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat. Penyebaran isu ini harus dilakukan oleh tim sukses, relawan, maupun oleh kandidat itu sendiri. Misalnya, permasalahan di kecamatan A, yang paling menonjol adalah kurangnya perhatian pemerintah di dalam sarana dan prasana infrastruktur jalan. Sebagai calon kepala daerah yang cerdas, seharusnya bisa memanfaatkan isu tersebut untuk meraih dukungan rakyat. Berikan jalan keluar kepada masyarakat setempat, dari cengkreman masalah yang membelitnya. Intinya, bentuklah tim yang mengatur manajemen isu, baik untuk calon maupun lawan. Pantau terus perkembangan isu tersebut baik di surat kabar maupun opini yang berkembang di masyarakat. [caption id="attachment_259489" align="alignnone" width="1024" caption="Deklrasi Pasangan "]