Mohon tunggu...
AdrianTo Jackatra
AdrianTo Jackatra Mohon Tunggu... profesional -

Meskipun Engkau dan aku bersatu dalam kalbu namun aku tetaplah seorang hamba dan Engkau adalah Tuan. Tidak mungkin hamba menjadi Tuan dan sebaliknya tidak akan pernah Tuan menjadi hamba. O..,Tuhan berilah hamba waktu yang panjang dalam kehidupan agar hamba dapat menorehkan tulisan yang selalu meng-agungkan-Mu. AammiiiinYa Rabb.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Gaza, Indonesia dan Kita

6 Agustus 2014   22:50 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:15 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14073149131040726239

sumber gambar: www.nowtheendbegins.com

Sungguh mengerikan menyaksikan perang antara Israel dan Hamas di Gaza. Sungguh suatu perang yang tak seimbang. Saya melihatnya bahkan bukan perang tapi sebuah ladang pembantaian  yang membabi buta dari Negara Zionis Israel. Bayangkan Gaza yang seupil itu digempur dari darat, laut dan udara secara masif oleh Israel. Mengapa Israel tampak begitu hebat? Apalagi kalau bukan bantuan dari Amerika dan Inggris, yang keduanya secara aklamasi bersepakat membentuk negara Israel yang berlokasi  ditempat tinggal orang Palestina saat ini, setelah PD II berakhir. AS dan Inggris beralasan bahwa bangsa Yahudi memerlukan suatu negara untuk tempat tinggal setelah terkocar-kacir pada PD II. Ketika Hitler melakukan tekanan kepada etnis Yahudi, sebagian mereka hijrah ke Inggris, Russia dan negara-negara disekitar Jerman.

Sepak terjang Israel di tanah Palestina, sangat kejam dan itu diakui oleh orang-orang Israel sendiri yang menyaksikan pengusiran orang-orang Palestina dari tanah kelahirannya. Wilayah yang tadinya etnis Arab dan Yahudi hidup berdampingan berubah menjadi petaka ketika para imigran-imigran dari Russia dan Eropa Timur mulai berdatangan ke wilayah tersebut. Dilain pihak, negeri-negeri Arab disekitar wilayah Palestina tidak berani menentang keinginan Amerika dan Inggris, karena mereka juga takut bahwa wilayah mereka akan menjadi target perampasan oleh Israel dibawah payung kekuatan Inggris dan Amerika. Suriah dan Mesir yang menetang ekspansi Israel, ketika perang Israel-Arab, sebagian dicaplok oleh Israel dan belum dikembalikan sampai sekarang. Kepentingan nasional mereka diatas kepentingan membela bangsa Palestina yang ditindas Israel yang dibantu oleh Amerika dan Inggris.

Mengapa Inggris dan Amerika sangat fanatik  mendukung Israel? Tak pelak lagi bahwa semua pebisnis dan politikus di kedua negara itu telah dikuasai oleh etnis Yahudi. Mereka menguasai politik, perbankan dan institusi keuangan di kedua negara tersebut. Dengan uang dan politik, mereka secara sistimatis menguasai semua media komunikasi baik lokal maupun global sehingga semua opini publik di kedua negara tersebut, diarahkan untuk mendukung kepentingan Israel. Tidak itu saja, pebisnis Yahudi juga melai berekspansi ke negara-negara yang diperkirakan akan menjadi kekuatan dunia dimasa yang akan datang.

Agen intelejen kedua negara itu, berkerja sama dengan Mossad (agen intelejen Israel), membuat berbagai gerakan dan rekayasa untuk menghancurkan negara-negara yang berbasis Islam. Tujuannya agar mereka tidak bersatu melawan Inggris, Amerika dan Israel. Bocoran dari Snowden, terlihat bahwa ISIS/ISIL  yang sekarang ini mulai merongrong negara2 Suriah dan Irak, ternyata adalah bagian dari strategi ketiga negara itu, untuk mengalihkan perhatian atau fokus negara-negara Arab melawan Israel. Negara-negara Arab, fokusnya terpecah, disatu sisi harus menghadapi agresi Israel, disisi lain mereka juga harus menghadapi grup teroris (ISIL/ISIS) buatan AII (Amerika, Inggris dan Israel).

Mungkin kita lupa, bahwa dulu Mujahidin dibentuk Amerika untuk melawan dominasi Russia di Afghanistan. Ketika Russia kalah, Mujahidin Afghanistan berbalik menghantam Amerika. Memang siapa yang membuat lubang, akan terjebak sendiri didalamnya. Apa yang dilakukan oleh AAI saat ini untuk mengobrak-abrik negara-negara di Timur Tengah, pada waktunya akan menjadi bumerang bagi AAI sendiri. Negara-negara yang tadinya dibebaskan dari diktator Sadam Hussein (Irak) dan Libya Kolonel Qadafi), sekarang menjadi negara yang tidak aman dan penuh anarkis. Amerika yang menjadi dalang penghancuran negara tersebut, hengkang tanpa bertanggung jawab. Tinggal rakyat sipil kedua negara tersebut menderita perang  berkepanjangan dengan  saudara mereka sendiri tanpa kejelasan kapan selesainya.

Indonesia, saat ini adalah negara yang secara relatif aman dan tenteram. Apakah selamanya seperti itu? Kita sebaiknya tidak "taken for granted" dengan kondisi yang kita alami sekarang. Banyak negara-negara sekitar kita, maupun yang jauh dari wilayah kita, mempunyai kepentingan terhadap wilayah yang kita miliki. Indonesia adalah negara yang kaya raya, darat, laut dan udaranya mempunyai nilai komersial yang tinggi. Tapi semua berkah itu menjadi sia-sia, kalau kita sendiri tidak memelihara dan mendistribusikannya dengan merata melalui persatuan dan kesatuan kita yang kuat sebagai bangsa.

Banyak sekali yang ingin melihat Indonesia terpecah belah, menjadi negara-negara kecil yang lemah. Mereka berupaya mengadu domba sesama kita dengan berbagai cara. Belum lagi  ditambah dengan  berbagai kelompok kecil anak bangsa yang mudah dihasut oleh pihak-pihak luar dengan ideologi-ideologi yang menghalalkan kekerasan untuk menghidupkan gagasan2 mereka. Kalau orang selalu berprasangka dengan adanya tirani mayoritas, saya sendiri sangat mengkhawatir sebaliknya, yaitu tirani  minoritas. Minoritas meneriakkan ketidak-adilan yang mereka persepsikan kepada publik, sebagai senjata untuk menekan mayoritas agar menerima paham dan eksistensi mereka. Inilah yang patut kita waspadai.

Perilaku elit kita setelah pilpres, sangat mengkhawatirkan saya. Mengapa? Di akar rumput, rakyat menjalankan pilpres dengan damai, aman dan tenang tapi sayang hasilnya tidak diterima dengan legowo oleh pihak yang kalah. Ini adalah suatu pembelajaran politik yang tidak baik. Menambah keyakinan sejumlah kelompok kecil orang bahwa demokrasi bukanlah pilihan yang terbaik, dan mereka akan berjuang mencari altenatif lain, yang belum tentu lebih baik, seperti pemerintahan khilafah ala ISIS dan ISIL. Saya sangat berharap bahwa para elit politik kita tidak mencari kekuasaan (demi kekayaan) sesaat diatas penderitaan rakyat banyak.

Apa sih yang kita bawa pada saat kita dimasukkan liang kubur? Tidak ada! Hanya sepotong kain putih yang berukuran 2,5 m x 1 m, tidak lebih dan tidak kurang. Harta yang bermilyar atau bertrilliunan semuanya akan tinggal. Dan itupun tidak kekal ditangan anak-cucu, sejarah telah sering membuktikan. Yang kekal hanyalah kebaikan-kebaikan yang kita buat didunia secara setimpal dengan harta yang kita miliki, dan kegiatan itupun itupunharus di jauhkan dari hiruk-pikuk keramaian pencitraan. Karena sesungguhnya yang kita harapkan dari semua kebaikan itu hanya ridho dari Allah semata, bukan pujian dari sekeliling kita.

Salam.

AJ.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun