Mohon tunggu...
Bari Muchtar
Bari Muchtar Mohon Tunggu... -

Mantan jurnalis Radio Nederland siaran Bahasa Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenapa Bermusuhan Kalau Bisa Bekerjasama

23 Juni 2014   00:27 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:48 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Setelah kasus pencurian bahan ujian, Ibn Ghaldoun atau Ibn Khaldun ( ابن خلدون), sebuah sekolah menengah umum Islam di Rotterdam, mengalami nasib malang. Satu-satunya sekolah menengah Islam tersisa di Belanda ini akhirnya ditutup. Ceritanya bermula pada bulan Mei 2013. Ketika itu terbongkar kasus pencurian bahan ujian negara yang dilakukan oleh sejumlah murid sekolah Islam itu. Berita ini sangat menggemparkan umat Islam di Belanda.

Nama Islam dan muslim di negeri kincir angin makin terpuruk. Terutama kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah-sekolah Islam, baik sekolah dasar maupun sekolah menengah, makin gencar disoroti oleh Inspektur Pendidikan Belanda. Mereka curiga kenapa kualitasnya makin menurun.
Kala itu ketua pengurus sekolah, Ayhan Tonca dan direktur sekolah, Bart Renders menyadari, kasus pencurian itu membuat nama baik sekolah semakin terpuruk, terutama karena sikap negatif para politisi lokal Rotterdam. Kasus-kasus masa lalu seperti prestasi buruk sekolah Ibn Ghalodoun dan penggunaan/penyalahgunaan dana untuk perjalanan ke Mekkah dibongkar lagi. Dan ini dibesar-besarkan pula oleh seorang pejabat senior kota Rotterdam Hugo de Jonge.

Menurut Tonca, tokoh muslim Belanda asal Turki, 45 sekolah dasar Islam di Belanda makin merasa terpojok akibat Ghaldoun affaire ini. Inspeksi pendidikan akan meningkatkan pengawasannya terhadap sekolah-sekolah kita. Setidaknya begitulah perasaan yang menimpa para direksi sekolah. “Tapi sekolah-sekolah non Islam prestasinya juga buruk,” kata Renders seperti dikutip Algemeen Dagblad, koran terbitan Rotterdam. Renders mengkritik sikap standar ganda kebanyakan orang di Belanda yang serta merta bersikap negatif terhadap sekolah Islam.

Namun sejak peristiwa yang menghebohkan tahun lalu itu, berbagai kalangan di kota pelabuhan tersebut bekerja keras untuk mencegah agar nasib para siswa sekolah Ibn Ghaldoun tidak terlantar. Maka berbagai tindakan pun diambil. Direktur baru ditunjuk, guru-guru yang dinilai oleh Inspektur Pendidikan tidak kompeten dipecat dan diganti dengan tenaga-tenaga pengajar yang memenuhi syarat dan standar kementerian pendidikan Belanda.

Nama sekolah pun diganti menjadi de Opperd. Maklum nama lama Ibn Ghaldoun sudah tercemar. Dan mulai Agustus nanti sekolah ini akan diberi nama baru lagi yaitu Avicenna college. Avicenna adalah sebutan orang Barat bagi Ibn Sina (ابن سينا ) seorang ilmuwan (medikus,filsuf dll) Islam yang hidup di abad 10 sampai 11.

Menariknya sekolah Islam ini diselamatkan oleh lembaga pendidikan kristiani yaitu Perkumpulan Sekolah Lanjutan Kristiani di Rotterdam dan sekitarnya atau de Vereniging voor Christelijk Voortgezet Onderwijs te Rotterdam en omgeving (CVO).

Kini dua puluh persen dari tenaga pengajar terdiri dari guru-guru non muslim. Kenapa lembaga Kristiani menyelamatkan sekolah Islam? Ketua CVO, Wim Littooij menyamakan pertolongan yang mereka berikan itu dengan bantuan yang diberikan oleh orang Samaria yang murah hati seperti terkisah dalam Al Kitab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun