Mohon tunggu...
M.Dahlan Abubakar
M.Dahlan Abubakar Mohon Tunggu... Administrasi - Purnabakti Dosen Universitas Hasanuddin
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mauwil Saelan, Ramang Memang Hebat (67)

5 Juni 2021   17:40 Diperbarui: 5 Juni 2021   17:45 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Maulwi Saelan (Foto:Ist).

Pada masa mudanya, ketika menjadi penjaga gawang, postur Maulwi sangat pas sebagai penjaga gawang. Hanya saja selepas menjadi penjaga gawang, badannya mulai tidak terkendali. Masalahnya, dia memasuki bidang tugas lain, sebagai serdadu. Bahkan tubuhnya sedikit bongsor.

Maulwi mengaku seperti terungkap di dalam buku Mengarungi Milenium Baru, 70 Tahun PSSI,  dulu, main sepakbola ada kelas-kelasnya. Mulai dari kelas 1 hingga 5.

 ''Saya sempat sampai kelas 2, tetapi tidak naik ke kelas 1. Sampai akhirnya bosan dan berhenti berlatih,'' kenang Maulwi di dalam buku tersebut yang mengutip Majalah Olimpic.

Tidak lama setelah berhenti, MOS tiba-tiba membutuhkan seorang penjaga gawang. Anak kedua dari delapan bersaudara pasangan Amin Saelan-Sukartin ini pun dites.

 ''Saya coba jadi kiper, dites dan ternyata lulus,'' ungkapnya.

Dalam usia yang masih muda, 17 tahun, Maulwi sudah terpilih sebagai penjaga gawang Makassar Voetball Bond (MVB), yang kelak menjadi cikal bakal Persatuan Sepakbola Makassar (PSM). Situasi yang tidak memungkinkan, Maulwi berhenti lagi bermain bola. Tahun 1943, Jepang datang, mengusir Belanda dari Indonesia. Maulwi pun ikut berjuang. Dia pun ikut bergerilya.

Sepanjang tahun 1945 dia ada di hutan-hutan. Tahun 1946 dia hengkang ke Jawa dan tinggal di Yogyakarta. Dia bergabung dengan Angkatan Darat dan memperoleh pangkat Letnan Satu. Karena bakat bermain bolanya masih tersisa, dia kemudian bergabung dengan Persatuan Sepakbola Indonesia Mataram (PSIM). Posisinya sebagai kiper kedua di bawah Komaruddin.

Saat PON I digelar di Solo 1948, banyak pemain Jakarta yang tinggal di Klaten. Maulwi pun ikut bergabung di bawah bendera Jakarta. Dia bermain bersama dengan Roeslan dan Hutadjoeloe (back), Samad, Murad, dan Subandi (gelandang), Ibrahim, Abidin, Tamu, Ishaak Pattiwael, dan Anwar (depan). PSIM , tempat Maulwi juga bermain, juga tak keberatan dia bergabung dengan tim Jakarta. Sayang kesebelasan yang diperkuat Maulwi kalah 2-3 dari Madiun dan 1-2 dari Yogyakarta,

Sebagai kiper, Maulwi dikenal berpembawaan tenang. Ia selalu berkonsentrasi pada bola dan gerakan pemain lawan.

 ''Seorang kiper harus berkemauan keras untuk memelihara kondisi badan dan berlatih teratur dan kontinyu,'' Majalah Olympic edisi 27 Juni 1983 menulis mengenai tokoh ini.

Maulwi sempat bergabung dengan Indonesia Muda Bandung tahun 1951. Ketika itulah dia dipanggil memperkuat PSSI guna menghadapi Asian Games I di India. Pelatihan Nasional (Pelatnas) dilaksanakan di Yogyakarta dengan pelatih Choo Seng Que asal Singapura. Maulwi sebagai kiper kedua setelah Bing Moheng dari Surabaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun