Mohon tunggu...
M.Dahlan Abubakar
M.Dahlan Abubakar Mohon Tunggu... Administrasi - Purnabakti Dosen Universitas Hasanuddin
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Bola

Diguncang Sepak Bola Sabun (53)

24 Mei 2021   12:29 Diperbarui: 24 Mei 2021   12:49 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saat prestasi sepak bola Indonesia sedang meroket di tingkat Asia, tiba-tiba terjadi kasus menghebohkan. Sejumlah pemain Indonesia terlibat suap mengatur skor akhir pertandingan. Padahal, saat itu, hanya sebatas pertandingan persahabatan.

Kasus suap ini muncul saat Indonesia berhadapan dengan Yugoslavia di Lapangan Ikada Monas pada 1961. Skor akhir pertandingan 1-0 untuk Yugoslavia. Padahal, jika bermain normal, Indonesia bisa melibas Yugoslavia. Pelatih Indonesia, Tony Pogacnik tidak percaya, pemain bintangnya, yang tampil ogah-ogahan.

Hal ini membuat kecurigaan dugaan "main sabun". Kolonel CPM Kalani mendapat tugas melakukan penyelidikan. Ia dibantu kiper tim Indonesia, Maulwi Saelan, yang juga anggota CPM berpangkat kapten. Dari hasil penyelidikan, sejumlah pemain terlibat dalam kasus suap yang melibatkan para pejudi besar.

Menurut Wowo, kasus itu muncul semata-mata karena masalah ekonomi. Honor memperkuat tim Indonesia saat itu hanya cukup untuk biaya perjalanan Bandung-Jakarta. Kalau ada sisa, hanya bisa untuk membeli dua telur atau sabun.

"Keluarga sering ditinggalkan. Mereka juga butuh makan. Karena keadaan ekonomi, kami terpaksa melakukan itu," ujarnya.

Pemain yang terlibat dalam kasus itu masing-masing mendapat uang Rp 30.000,00. Saat itu, uang Rp 30.000,00, bisa untuk membeli rumah besar atau mobil mewah.

Mereka yang terlibat dinterogasi. Sebab, kasus ini dianggap telah mempermalukan bangsa. Mereka sempat ditahan di perkampungan PSSI, Jln. Mendayung Senayan.

Mereka mendapat sanksi tidak boleh bermain dalam kegiatan sepak bola nasional dalam waktu tertentu. Padahal, saat itu, Indonesia sedang mempersiapkan diri menghadapi Asian Games 1962 di Jakarta. Mereka yang terlibat tidak memperkuat Indonesia di kegiatan multievent itu.

Gubernur Jabar saat itu, Mashudi ikut memperjuangkan agar Wowo dkk. mendapatkan keringanan. PSSI mengabulkan dan pada tahun 1962 mereka terbebas dari sanksi.

Pada ajang Asian Games 1962, muncul generasi baru dari Persib, "Guru" Emen Suwarman. Dari Persib yang ikut dipanggil tim Indonesia adalah Ishak Udin, Fatah Hidayat, Djadjang Haris, Komar, Rukman, Yus Etek. Indonesia kalah di semifinal dari Malaysia 0-1 sehingga harus puas mendapat medali perunggu. Medali emas direbut Korea.

Namun, 28 Agustus 1962 di Merdeka Games Malaysia, Indonesia bisa membalas kekalahan sekaligus merebut juara. Emen Suwarman, yang kini menjadi masseur di Persib senior, ikut dalam turnamen yang diikuti 18 negara itu.

Pada 1963, Wowo kembali dipanggil memperkuat Indonesia pada Games of The New Emerging Force (Ganefo) di Senayan Jakarta. Ia bermain bersama Emen. Pada pertandingan itu, Indonesia mengalahkan Jepang 6-0, Thailand 6-0. Langkah Wowo dkk. terhenti setelah dikalahkan Chili 0-1.

Selama kariernya, Wowo 6 kali ikut Merdeka Games di Malaysia dan 2 kali turnamen di Singapura. Wowo pensiun dari sepak bola pada tahun 70-an.(Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun