Mohon tunggu...
M.Dahlan Abubakar
M.Dahlan Abubakar Mohon Tunggu... Administrasi - Purnabakti Dosen Universitas Hasanuddin
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Obituari AG Dr.HC.K.H.Sanusi Baco, Lc: Ulama yang Konsisten

16 Mei 2021   00:32 Diperbarui: 16 Mei 2021   00:40 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AG K.H.Dr.HC Sanusi  Baco, Lc.

Dapat dikatakan, beliau adalah cermin kehidupan yang tak lekang oleh waktu bagi siapa pun. Selalu menjadi contoh yang baik dan sejuk bagi orang-orang yang mau meneladaninya. Pada diri beliau sejatinya dapat membanggakan diri. Beliau seorang yang mengenyam ilmu agama di perguruan tinggi tertua dan terkenal di Kairo pada masa ketika masih sangat sedikit orang Indonesia menimba ilmu di sana. Tetapi beliau adalah tipe ilmu padi yang makin tua kian merunduk. Tipe kelapa yang semakin tua kian banyak santannya. Itu terjadi, ketika beliau melakonkan dirinya pada era keterbukaan yang membuat sejumlah  orang seperti dirinya banyak yang lupa diri bahwa mereka dulunya adalah tokoh panutan. AG Sanusi Baco tetap mempertahankan eksistensi dirinya secara utuh dan tidak terkontaminasi oleh ''penyakit'' zaman "old" atau pun zaman "now". Beliau didatangi untuk suatu tendensi dan kepentingan tertentu, tetapi tidak pernah mendatangi untuk hal-hal yang sama. Beliu ada di mana-mana dan tidak pernah ke mana-mana.

Saya yakin mungkin banyak pihak -- dengan memotret ketokohan beliau -- ingin mendekatinya untuk kepentingan pragmatis dan praktis.  Sebab, jika beliau berhasil didekati, tentu akan membuat begitu banyak orang menjadi "followers"-nya. Namun, beliau tetap menjaga diri tetap tidak terjebak berada di salah satu ruang kepentingan, tetapi berada di mana-mana saja tanpa identitas dan kepentingan yang menempeli dirinya. Beliau konsisten dengan ketokohannya yang harus berdiri pada dan di atas semua pihak dan kepentingan tanpa landasan diferensial (perbedaan) sama sekali.

 Bahasa Awam

Aktivitas AG Sanusi Baco sering saya ikuti ketika Pak Dr. (Cand.)H.Sattar Taba, S.E. M.IP menjabat Direktur Utama PT Semen Tonasa beberapa tahun yang lalu. Pak Sattar adalah ponakan beliau. Pada saat berbagai acara di perusahaan semen yang berdiri sejak tahun 1967 itu, saya kerap diundang oleh Pak Sattar. Begitu pun kalau Pak Sattar punya hajat keluarga, saya tidak pernah dilupakan. Hubungan komunikasi saya dengan Pak Sattar sudah terjalin lama, sejak pertama kali mengenalnya saat menghadiri pesta pernikahannya di Gedung Aisyiah Jl. G.Bulusaraung (kini Jl. Jenderal M.Jusuf) Makassar sekitar paruh tahun 1970-an ketika saya belum menikah dengan istri sekarang.

Pak Kiai Sanusi, begitu bagi banyak orang yang menyapanya, jika hadir dalam suatu acara selalu diposisikan pada dua tugas, yakni menyampaikan ceramah agama atau memimpin dan menuntun doa. Kalau dalam hal membaca doa, mungkin saya sama dengan orang-orang yang selalu mengikutinya, kerap terasa sangat menyentuh perasaan dalam kekhusyukan yang sangat menukik batin. Suaranya yang seolah ''sangat menyerah'' kepada permohonan atas kekuasaan-Nya benar-benar menohok palung dan tebing kalbu khalayak. Diferensiasi intonasi dari setiap orang yang terdengar pada saat memimpin doa, cenderung memberi efek spiritual dan religiusitas berbeda terhadap setiap khalayak. Irama suara beliau yang sedikit serak cenderung membuai khalayak benar-benar berserah diri dalam kebermohonan terhadap-Nya atas isi doa yang disampaikan.

Ketika membawakan ceramah, Kiai Sanusi bukanlah tipe muballig yang banyak menggiring khalayak terbahak-bahak bersorak berulang-ulang sebagaimana yang kerap temukan pada zaman "now" ini.  Beliau bukan penceramah yang dari wacana yang dipilihnya langsung membuat orang ngakak massal spontan.  Beliau berdakwah dan berceramah dalam bahasa yang awam. Bahasa yang mudah dipahami oleh khalayak yang tidak tamat sekolah dasar atau kursus tuna aksara sekalipun.

Sebagai  orang yang bergerak di bidang kajian linguistik (ilmu bahasa/wacana), saya mungkin menilai sedikit ''ilmiah''  setiap wacana yang beliau sampaikan. Saya mengamati, Kiai Sanusi bukan tidak mampu membuat khalayak pendengarnya terbahak-bahak karena  frasa dan konten ceramah yang dipilihnya, melainkan selalu contoh-contoh yang disampaikannya itu sangat intelektual logis. Maksudnya, apa yang disampaikannya itu tidak serta merta membuat orang terkekeh-kekeh, tetapi ada ruang waktu beberapa detik bagi khalayak berpikir baru meledak ngakak-nya. Ini yang saya selalu amati, tetapi tidak berarti bahwa konten wacana penceramah yang lain tidak termasuk dalam kategori ini.  Namun, Kiai Sanusi memilikinya secara utuh.

Kiai Sanusi selalu memilih bahan ceramah yang diangkat dari realitas kehidupan sehari-hari. Ketimpangan dalam kehidupan manusia sehari-hari itulah yang kemudian dikontrol dan diperingati dengan menggunakan senjata ayat-ayat Alquran dan hadis. Pilihan isi ceramah seperti ini justru kontradiktif dengan yang kita dengar dari  sosok-sosok lain pada zaman sekarang yang lebih memilih masalah-masalah aktual, bahkan menyerempet kepada masalah politik. Kiai Sanusi sangat pantang menggiring masalah nonreligiusitas ke ranah agama. Ini patut menjadi contoh bagi sosok tokoh agama yang lain.

 Kolaborasi Pena dan Tinta

Kiai Sanusi menyampaikan pesan-pesan kehidupan melalui ceramahnya kepada umat melalui wacana lisan, wacana suara. Intinya beliau menyampaikan dakwah "bil al-lisan" yang menawarkan makna yang bergerak dan berbunyi, sementara dakwah al bil qalam mengusung makna yang bisu. Akan tetapi keduanya saling menunjang dan terpadu dalam keragaman yang saling mengutarakan ragam makna. Dakwah bil al qalam  (berdasarkan etimologis berasal dari bahasa dan huruf Arab :qaf, lam, dan mim) berarti ''memperbaiki sesuatu sehingga nyata dan berimbang'' (Suf Kasman: Jurnalisme Universal, Menelusur Prinsip-Prinsip Dakwah Bil Al-Qalam dalam Alquran, TERAJU Khazanah Pustaka Keilmuan,2004).

Kelebihan dakwah bil al-lisan seperti yang dilakonkan Kiai Sanusi adalah menawarkan sejumlah rasa. Mungkin saja ada rasa tawar, atau kecantikan dan kemudahan ditelaah pendengar. Karena Pak Kiai Sanusi selalu berbicara contoh realitas yang terjadi di masyarakat dan diuraikan melalui bahasa awam, tentu mudah dimaknai dan dipahami. Apatah pula dakwah bil al-lisan ini sanggup merangkum kefasihan dan disuarakan oleh penceramah jelas akan sangat mengena. Yang mungkin kita tidak temukan pada Kiai Sanusi adalah tipe-tipe penceramah yang tiba-tiba menjadi penyair yang melantunkan wacana ceramahnya bagaikan seorang pembaca puisi. Kiai Sanusi selalu tampil dengan sangat "low profile", sesuatu pandangan yang mungkin menurut kacamata awam sebenarnya sangat antoganis dengan kekarismatikannya. Tetapi itulah beliau, dalam setiap penampilannya selalu sangat ''syar'i''.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun