Mohon tunggu...
M.Dahlan Abubakar
M.Dahlan Abubakar Mohon Tunggu... Administrasi - Purnabakti Dosen Universitas Hasanuddin
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Bola

Pemain dengan Napas Kuda (42)

15 Mei 2021   23:13 Diperbarui: 15 Mei 2021   23:15 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada tahun 1952 ia menggantikan Sunardi, kakak Suwardi Arland mengikuti latihan di Jakarta. Ini menyeretnya menjadi pemain utama PSSI. Didampingi Suwardi Arland di kanan dalam dan Noorsalam di kiri dalam, ia bagai kuda kepang di tengah gelanggang. Permainannya sebagai penyerang tengah itu: bermutu. Maka setahun kemudian ia keliling di beberapa negeri asing. Namanya menonjol sekali. Tetapi ini tak lama karena 9 tahun kemudian --- ia sudah bisa dilupakan. Hanja DPU yang masih memperhatikannya meskipun pangkatnya tetap opas.

Ada juga sumbangan dari PSM pada masa jabatan Mayor Sjamsuddin sebagai ketua dengan menembok kediamannya jang diperoleh dari PU, tapi sejak itu "tidak pernah mendapat panggilan lagi".

Ini mengesankan padanya bahwa "kuda pacuan lebih berharga dari kita", katanja pula.

"Sebab kuda pacuan dipelihara sebelum dan sesudah bertanding, menang maupun kalah. Sedangkan pemain sepakbola hanya dipelihara kalau ada panggilan TC --- tapi sesudah itu tak ada lagi apa-apa".

Mungkin apa yang terjadi sekarang Ramang tak banyak tahu, tapi meskipun mungkin itu lebih baik dari zamannya

"Tim nasional sekarang tokh tidak akan bisa menyamai dulu", sahutnya.

 Baginya kelihatan terletak pada soal pemilihan pemain, sebab katanya:

 "Bagi saya meskipun seorang tukang becak --- asal pandai, dialah yang harus dipilih. Tetapi yang terjadi justru bukan itu".

Memang tampaknya dalam formasi PSSI sekarang ini tidak ada yang pernah menjadi tukang becak, seperti ketika Ramang masih ada di dalamnya. Sampai di sini ia juga belum mengakui bahwa tim PSSI sekarang tangguh-tangguh. Diukur dengan dirinya sendiri, "saya cjuma kalah napas dengan mereka, yang lainnya tidak".

Laki-laki kekar yang sudah masuk umur itu (43 tahun, 1971) kini tinggal di Makassar bersama istri dan 3 orang anaknya. Ia masih tetap bekerja sambil nyambi jadi wakil pelatih kesebelasan PSAD. Hanya wakil sebab "pelatih harus melalui pendidikan", sedangkan Ramang sesungguhnya dari dulu pemain alam yang tak kenal bangku sekolah bola.

"Kecuali 3 tahun dilatih Tony Pogacnik", pelatih yang menurut dia paling baik. Sedikit tambahan untuk dapurnya juga datang dari sebuah kabupaten tempat  ia melatih juga di sana. Dua putranya mengikuti jejaknja menjadi buntut bola. Yang pertama Anwar Ramang tercatat sebagai pemain PSSI Junior jang pernah membobolkan Kesebelasan Burma di Manila tahun 1970,  sedangkan yang kedua,  paling bungsu, Arsjad, 18 tahun masih terus berlatih di Makassar (waktu itu).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun