Mohon tunggu...
M.Dahlan Abubakar
M.Dahlan Abubakar Mohon Tunggu... Administrasi - Purnabakti Dosen Universitas Hasanuddin
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Bola

Ramang, Sedang Bersarung Diminta Berlatih (16)

18 April 2021   05:56 Diperbarui: 18 April 2021   06:06 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramang (tengah) bersama M.Basri dan HarrynTjong (Koleksi Pribadi)

Sunardi Arland yang digantikan Ramang di PSM menempati posisi bek, sementara Ramang yang dikirim menggantikannya bermain sebagai "striker" (penyerang). Tony Pogacnik, sang pelatih, memasang Ramang sesuai dengan posisi yang lowong yang sebenarnya disiapkan bagi Sunardi Arland. 

Pada sesi latihan pertama, Ramang sama sekali tidak berkembang di posisi bek. Tony Pogacnik kurang puas. Ramang akhirnya diistirahatkan. Satu tulisan yang menarik berkisah tentang Ramang ini dibuat oleh Anhar, redaktur harian "Merdeka" yang saya kutip dari buku "70 Tahun PSSI, Mengarungi Milenium Baru" (terbit tahun 2000) ketika Ketua PSSI dijabat Agum Gumelar dan Gus Dur sebagai Presiden RI.

Anhar menulis tentang kemunculan Ramang yang mengejutkan Tony Pogacnik dan juga orang di lingkungan PSSI, termasuk tokoh sepakola di Jakarta.

"Sementara teman-temannya melakukan pertandingan percobaan, dia (Ramang) duduk di pojok atas tribun Stadion Ikada Jakarta. Berkelumun (berselubung) kain sarung seperti orang sedang sakit malaria. Ternyata, begitu disuruh turun dan main sebagai penyerang, sore kemarin dia bikin tiga gol. Luar biasa. Semua terkejut melihat kemampuan pemain yang sebelumnya sama sekali tidak dikenal ini. Tony kelihatannya sangat tertarik pada cara dia main dan melarikan bola. Tembakannya keras. Di kemudian hari, boleh jadi dia bakal menjadi pemain potensial," tulis Anwar.

Kalau ada orang paling berjasa terhadap Ramang ketika di Jakarta itu, maka sosok yang paling tepat adalah R.Maladi, Ketua PSSI pada masa itu. Maladi juga mantan Menteri Olahraga dan Menteri Penerangan. Dia-lah yang sebenarnya yang membuka mata Tony Pogacnik hingga menemukan Ramang. Maladi-lah yang membuka jalan bagi sukses karier pesepakbola pria kelahiran Barru 24 April 1928 ini.

Ketika diminta turun dari tempat duduknya di pojok atas tribun Stadion Ikada sore itu, Ramang diinstruksikan bermain pada posisi bek, posisi yang lowong dengan absennya Sunardi. Orang pun berpikir, kalau Ramang yang dikirim sebagai teman pengganti Sunar, pastilah permainannya jauh lebih baik daripada yang digantikannya.

Ternyata setelah dicoba, Tony tampak sedikit kesal dan kecewa. Sebaliknya, Maladi yang duduk di pinggir lapangan memperhatikan jalannya pertandingan dan latihan sore itu melihat sesuatu yang dimiliki Ramang.

"Saya bicara sama Tony. Saya bilang, mengapa pemain itu tidak dicoba sebagai penyerang. Larinya kencang. Tembakannya keras. Mungkin bisa untuk meningkatkan daya serang barisan depan. Tony setelah berpikir, lalu memanggil Ramang. Dia ditempatkan sebagai pemain depan, penyerang. Ternyata dia langsung membuat gol. Semua kaget melihat gayanya  bermain. Begitulah mulanya dia menjadi pemain penyerang tim Indonesia," ungkap Maladi perihal Ramang yang ditemukan secara kebetulan seperti tertuang ditulis di dalam buku "70 Tahun PSSI Mengarungi Milenium Baru" itu.

Apa yang diramalkan Anhar dalam tulisannya itu, ternyata benar. Ramang kemudian menjadi "mesin gol" dan pemain potensial di tim Indonesia.  Orang semakin ramai membicarakannya begitu bersama Suwardi Arland -- adik Sunar -- dan Noorsalam sebagai "trio maut" PSM yang selalu menakutkan lawan selama kompetisi PSSI. Ramang mencetak gol demi gol. "Merobek"dan menggetarkan jala lawan tanpa kenal ampun. Membuat pertahanan lawan PSM berupaya ekstraketat menahan gempuran sang trio ini.

Dalam tur Asia dan Eropa bersama tim nasional, Ramang menjadi bahan pembicaraan publik sepakbola setempat. Bersamaan dengan itu nama dan reputasi PSM menjadi sangat disegani di blantika sepakbola nasional karena Ramang salah satu pemainnya.

Setelah menjalani tur Asia dan Eropa, kematangan dan kemampuan Ramang sebagai "mesin gol" kian melambungkan namanya. Walaupun ketika menjadi ujung tombak tim Indonesia menghadapi Uni Soviet di Olimpiade Melbourne (1956), tidak satu pun gol berhasil diciptakannya, tetapi sebagai pencetak gol subur itu tetap saja  menjadi buah bibir banyak orang. Bahkan para tokoh sepakbola menyebutkan, pemain yang memiliki kemampuan mencetak gol sehebat Ramang sampai saat ini belum tergantikan. (Bersambung)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun