Mohon tunggu...
M.Dahlan Abubakar
M.Dahlan Abubakar Mohon Tunggu... Administrasi - Purnabakti Dosen Universitas Hasanuddin
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bangsal Covid

16 April 2021   18:42 Diperbarui: 16 April 2021   18:48 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Nurul Awaliah Syamsuri

"Tadi saya dipanggil sama tim Gugus Covid...Abba positif, terus harus segera masuk ICU. Tapi ICU di sini penuh. Jadi bagaimana mi Ba?," ujar ibu  dengan suara yang bergetar.

Saya tahu sekali, ibu  pasti mati-matian menahan air matanya agar tidak menetes. Tidak ada jawaban dari ayah, hanya gumaman tidak jelas yang muncul.

Setelah mengucapkan itu, ibu langsung menarik saya dan adik   yang umurnya setahun lebih muda dari saya ke teras kamar itu.

"Tadi tim Gugus Covid bilang, kalau kemungkinan terburuk terjadi," ada jeda sebentar karena ibu saya mulai meneteskan air matanya kembali.

"Di mana mau dikubur abba?," lanjutnya.

Saya yang mendengar itu langsung bergetar hebat, telinga  tiba-tiba mendenging, dan penglihatan pun tiba-tiba kabur. Saya tidak tahu harus berekasi seperti apa, Saya langsung terduduk dan melamun. Saya tidak menyangka liburan semester yang sudah direncanakan sedemikian rupa harus sesedih ini.

Saya pun mengambil tangan ibu  dan menggenggamnya,

"Itu kalau kemungkinan terburuk terjadi. Kenapa langsung mikir begitu? Dirawat saja dulu Abba kan bisa," ujar saya  dengan suara yang bergetar dan ibu hanya membalas dengan anggukan. 

Seperti keajaiban, kami mendapat kabar  ada satu ventilator yang kosong di ICU. Orang yang menempatinya baru saja meninggal. Saya tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Itu merupakan kabar gembira bagi keluarga saya. Tetapi saya juga sedih karena baru saja ada lagi korban dari wabah Covid-19 ini. Dan... ventilator itu ternyata menyelamatkan Ayah... (*).  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun