Mohon tunggu...
M.Dahlan Abubakar
M.Dahlan Abubakar Mohon Tunggu... Administrasi - Purnabakti Dosen Universitas Hasanuddin
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ramang dan "Sirkus Bola" PSM (12)

12 April 2021   12:13 Diperbarui: 12 April 2021   12:19 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramang ketika masa jayanya.​/Koleksi pribadi


Ketika mengunjungi kediaman Harry Tjong di Bekasi, saya menemukan kliping berita dari satu koran yang tidak ada namanya, ada satu keterangan foto berbunyi "PSM memperlihatkan sirkus sepakbola". Saya pun bertanya pada Harry Tjong maksud kalimat itu.

"Kita waktu itu (1959) memeragakan seni bermain bola di Jakarta," kata Tjong.

Soal trio, Tjong pun punya komentar. Dia mengatakan, trio ini sebenarnya tiga sosok yang sangat sulit "kompak" jika di luar lapangan. Mereka menjadi pribadi-pribadi yang kontroversial. Namun herannya, jika sudah di lapangan, sisi perbedaan dan kontroversial mereka itu lenyap. Mereka bermain sangat padu dan serasi. Ego di luar lapangan itu melebur ke dalam ego kolektif menjadi satu kekompakan. Mereka saling berkomunikasi saat bermain tidak dengan teriak-teriak, tetapi memanfaatkan "feeling" masing-masing, sehingga sulit pemain lawan mendeteksinya.

Ketdakkompakan trio di luar lapangan ini juga disinggung M.Basri kepada saya ketika bertemu di Hotel Makassar Golden. Basri yang pernah satu tim dengan Ramang tahun 1965 mengatakan, trio tersebut termasuk tiga sosok yang tidak akur di luar lapangan, tetapi  kompak di lapangan saat bertanding.

"Saya melihat Noorsalam-lah yang menjadi perekat komunikasi Ramang dengan Suwardi di lapangan," ujar Basri ditemui 29 Juni 2010.

Tjong menilai, Suwardi memilik teknik tinggi dalam bermain bola. Gerak tipunya luar biasa. Meskipun terkesan agak lambat, dia selalu menghindari bermain kasar. Suwardi selalu mampu menempatkan diri sebagai "dirigen" permainan dan mengatur strategi. Dia kerap marah, hanya saja tidak merembes karena segan pada Mayor Syamsuddin Djanggo (ayah Letjen TNI Purn. Syafri Syamsuddin, mantan Wakil Menteri Pertahanan era Susilo Bambang Yudhoyono), Komandan Kodim 1408/BS Makassar yang juga Ketua PSM.

"Pak Syamsuddin itu seperti orang tua kami sendiri. Jika beradadi kediamannya, para pemain PSM merasa seperti di rumah sendiri," kata Tjong.

Dalam pertandingan, Suwardi selalu menekankan, manfaatkan 2 x 45 menit semaksimal mungkin untuk menciptakan gol, Biar bagaimana pun dikurung pemain lawan, selalu saja ada peluang menciptakan gol. Itulah yang biasa "dicuri"oleh Ramang. Saat dia dikeroyok dari belakang, dia mengangkat bola setengah voli lalu melakukan salto yang tidak kalah kerasnya dengan pada posisi normal.   

Suaib Rizal, mantan pemain tim nasional setelah meninggalkan PSM tahun 1974, juga bertutur, Suwardi adalah penganut mazhab bermain bola indah. Selalu ada gerakan yang menarik muncul dari sosok salah seorang trio ini. Jika dia membawa bola, susah direbut lawan. Dia mampu melindungi bola dengan gerakan kakinya, sehingga tidak terebut oleh lawan dari sudut mana pun mengincarnya.

"Dengka njo"," pesan dalam bahasa Makassar, yang tidak lain sebuah isyarat yang bermakna "ambil" atau "labrak" atau "sikat". Istilah ini merupakan ikon terselubung dan rahasia jika trio ini berlaga dalam suatu pertandingan. Sudah merupakan bahasa verbal di antara mereka, yang tentu saja pemain lawan tidak paham.

Salah satu kelebihan Suwardi, timpal Asta Mappa, salah seorang penggemar berat dan selalu mengikuti kiprah PSM pada masa Ramang, adalah jeli melihat  pemain berbakat. Salah seorang pemain pilihan Suwardi adalah Mallawing, yang ikut merebut Piala Soeharto 1974. Mallawing pada awalnya adalah penjual koran di sekitar lapangan Karebosi. Ternyata Suwardi mampu melihat talenta yang ada pada diri Mallawing. Pemain ini setelah memperkuat PSM, ditarik oleh kesebelasan Niac Mitra Surabaya. Bersama kesebelasan asal Kota Pahlawan itu, Mallawing melawat ke Bangladesh mengikuti Turnamen  Piala Agha Khan pada tahun 1979. Niac Mitra juara. Pada tahun 1996, Mallawwing, juga dengan saya mendampingi PSM ke Bangladesh, tidak sebagai pemain, tetapi sebagai ofisial.  PSM meraih juara II setelah dikalahkan Malaysia di final 3-4, Mallawing bernostalgia lagi atas kunjungannya 17 tahun sebelumnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun